RAIN By Jessica Angelina, hallo teman-teman cerita cinta dan cerpen cinta semua, lama rasanya saya tidak menulis tulisan baru di blog cerita cinta ini :), ok pada kesempatan kali ini ada seorang teman cerita cinta yang mengirimkan ceritanya kepada kita semua, saya sendiri sudah membaca ceritanya dan bisa dikatakan sangat menarik, saya rasa teman-teman semua harus baca nih cerita yang dikirimkan oleh jessica heheh. Ok langsung aja ya, silahkan baca cerita yang berjudul rain.
RAIN By Jessica Angelina
14 Februari. satu tahun sudah sejak kematian Valen, dan aku masih merindukannya, berharap seandainya dia masih ada di sampingku, seperti dulu...
"Tunggu." kataku sambil keluar dan berlari turun. Jantungku berdetak sangat kencang, bertanya-tanya kejutan apa lagi yang akan dibuatnya kali ini. Baru saja kakiku menyentuh tangga terbawah, aku melihat sebuah siluet di balik pintu kaca buram, sedang berdiri tegak seolah berharap bisa melihat isi rumahku. Tenggorokanku tercekat. Rasa haru dan senang berdesakan di dalam dadaku. aku menghela napas panjang...
"Aku tahu kau ada di dekatku, benar bukan? Aku merasakanmu." katanya di telepon.
Kali ini nada suaranya sedikit bergetar dan terputus-putus, entah kenapa. Aku segera berjalan menuju pintu, dan oh... lututku serasa lemas sekali. Ada apa denganku ini? Apakah perpisahan setahun ini membuatku begini gugup? Entahlah. Tepat di depan pintu, aku merenung sebentar, mengumpulkan seluruh tenaga yang kumiliki, kemudian menggeser pintu...
"Hai, Tuan Puteri." Katanya dengan mata berkaca-kaca dan senyum haru.
Valen mematikan teleponnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. begitu pula aku. Lama... kami berpandangan, satu sama lain. Lalu dengan gerakan tiba-tiba menerobos masuk, berdiri tegak tepat di depanku. Sorot matanya masih memandangiku, lalu memelukku erat...erat... dan erat. Tulangku serasa patah semua.
"Aku merindukanmu..."
Dengan cepat aku menjawab, "Aku tidak!". Tersentak, Valen melepaskan pelukkannya dan mundur selangkah, mengangkat satu alisnya dan menatap heran ke arahku, "Tidak?"
"Tidak, kalau kau memelukku seperti itu, lebih baik kau tidak merindukanku." Jawabku kesal.
Menanggapi itu, ia hanya meringis, "Baiklah, jika pelukanku tidak membuatmu merindukanku, kuharap ini akan membuatmu rindu."
Tanpa seijinku, ia mengangkat tubuhku dan berlari keluar. Segera, aku merasakan titik-titik hujan yang dingin menyentuh wajahku. Aku memejamkan mataku, merasakan kenikmatan hujan bulan Februari. Dan ya, aku suka hujan, aku cinta hujan.
"Sudah merindukanku?"
Aku tersenyum haru, "Sejak tahun lalu..."
Dia menurunkanku dan menyuruhku berbalik. Dan aku dikejutkan oleh bunga-bunga mawar merah dan putih di kanan kiriku. Lampu kuning yang remang-remang menghantar kami ke sebuah tempat teduh, gazebo. Dan kejutan masih belum berakhir. Dia membuka kain penutup dari sebuah kotak besar yang ada di dana dan memintaku untuk membukanya. Aku terkesiap.
"Ini..."
"Selamat ulang tahun, Valentine Rosafira..."
***
Di sinilah aku, masa kini... Dimana masa lalu kerap kali menjeratku dalam tangis yang begitu dalam. Hari ini adalah hari ulang tahunku, juga dia. Aku berjalan sendiri dalam kegelapan malam, masih mengenakan gaun ulang tahunku, ke tempat pemakamannya. Bulan dan bintang mengiringi setiap langkah kakiku. Pohon-pohon seakan turut menangis bersamaku, angin yang bertiup turut membisikkan hiburan di telingaku. Dan aku menahan diriku untuk tidak menangis, ketika menatap tempanya beristirahat, berharap untuk memeluk dan mengecupnya seperti dulu. Aku berlutut, meletakkan tangkaian bunga warna kesukaannya, putih, dan juga menyematkan mawar merah favoritku diantaranya. Aku memaksakan segaris senyuman, tapi air mata tetap memaksa turun...
"Selamat ulang tahun, Rene Valentino..."
***
"Ya ampun Valen, kau..."
"Ya, aku serius. Aku tahu kau selalu menginginkannya kan?" Dia tersenyum begitu manis, nyaris membuatku meleleh terpesona.
Aku mengambil anak anjing chow-chow dari dalam kotak tersebut, meletakkannya dalam pangkuanku, dan mengelus bulu putihnya yang lembut, jatuh cinta... Kemudian mataku tertuju pada benda yang menggantung pada leher anjing itu.
"Itu adalah tanda cinta kita. Aku memberimu liontin mawar merah bertuliskan namaku, dan aku memegang satu berwarna putih bertuliskan namamu. Lihat?" jelasnya sambil menunjukkan bunga mawar tersebut yang tergantung pada kunci motornya, "Kuharap kau tidak akan melupakanku, begitu pula sebaliknya.. sampai kapanpun..."
"Terimakasih, Valen, kau benar-benar baik..."
"Ya aku memang orang yang baik. Tapi kurasa kau juga orang baik, bukan?"
"Maksudmu?"
"Hei, ini hari ulang tahunku juga lho..."
"Maaf Valen, aku tidak menyiapkan apa-apa untukmu. Aku tidak tahu kalau kau pulang hari ini.."
"Ah, itu bukan masalah. Aku hanya meminta sedikit balasan.."
"Apa?"
"Cium aku..."
Aku terkejut
"Tidak mau? ya sudah..."
"Eh, aku..."
Aku mendekatinya, nyaris menciumnya, tapi keadaan berubah. Tiba-tiba dia berteriak keras-keras sambil memegangi kepalanya. Valen yang tadinya duduk, sekarang rebah di lantai gazebo. Dia terus berteriak dan bergulung-gulung. Aku panik!
"Argh...! Argh..! SAKIIIT!!!"
"Valen! Kau kenapa? Valen!!"
Aku melihat keluar gazebo, masih hujan. Tidak ada orang di rumahku. Aku memutuskan untuk berusaha sendiri. Aku mengangkat tubuhnya yang lebih berat dariku, entah kekuatan dari mana, tapi aku bisa. Aku membawanya masuk ke dalam rumah, menidurkannya di sofa. Dan aku sadar, dia sedang berusaha untuk tetap bernafas...
"Ve, maafkan aku. Aku benci berbohong padamu. Tapi sekarang aku akan terus terang padamu. Tahun lalu, aku pergi ke Singapura bukan untuk mencari pengalaman bekerja, tapi aku memeriksakan diri...."
"Memeriksakan diri? Untuk apa? Kau tidak sakit!"
"Lebih tepatnya, aku tidak bilang kalau aku sakit Ve, aku terkena penyakit kanker otak... Di Singapura aku telah mencoba berbagai alternatif. Semua cara, Ve. Semua...dan tidak ada satupun yang berhasil. Aku divonis hidup beberapa lama, dan menurut perkiraan dokter, ini hari terakhirku. Sebenarnya aku tidak diijinkan pulang ke Indonesia, tapi aku memaksa, dan diam-diam, karena aku merindukanmu, Valentine..."
"Kau bohong kan?! Kau pasti bohong..!!"
"Dengar Ve, kau tau aku jujur padamu.. aku mencintaimu..."
Aku memeluk tubuhnya yang sudah lemas sekali, dan terisak.
"Aku mencintaimu, kumohon...jangan tinggalkan aku..."
Dia membalas pelukanku, turut menangis.
"Aku bertahan... sebisaku...demi kau..."
Detik itulah, tangannya terjatuh lemas, koma...
***
"Selamat ulang tahun, Rene Valentino..."
Aku terdiam sejenak.
"Aku mencintaimu, selamanya..." Gumamku sambil menggenggam kalung mawar merah darinya. Tiba-tiba aku merasakan titik-titik hujan menyentuh tanganku.
"Aku pergi dulu Valen, Sampai bertemu..."
Ya, aku benci hujan. Hujan selalu membuatku sesak napas, membuat dadaku sakit. Aku segera melepas sepatu pestaku, dan berlari hendak kembali ke rumahku dan...
BRUKK!
"Mau kemana nona cantik..?"
Aku terkejut, sangat takut. Hendak menjerit, dadaku sesak, aku tak bisa bernapas. Para pria itu mulai mendekatiku, mengunci erat lenganku dan mulai menggodaku, mencolek pipiku dan menyobek gaunku sedikit demi sedikit sambil tertawa senang. Aku menangis dan makin tak dapat menyerap udara. "To...long..." Hanya itu kata yang dapat kuucapkan, tak sebanding dengan alarm di pikiranku yang terus bergema, menyerukan pemberontakan yang harusnya kulakukan. Tapi aku tak punya kekuatan itu.. Dan salah satu dari tiga pria itu menyentuh kulit bahuku dengan tangan telanjang dan membuatku merinding sementara yang lainnya memandangiku dengan tidak senonoh. Terlintas kata dalam pikiranku "Valen". Penglihatanku mulai buram, gelap, dan semakin gelap. Sempat kulihat sosok lain diluar tiga pria itu, berlari ke arahku dan mulai menerjang pria-pria itu, dan aku kehilangan kesadaran...
***
Terbangun, aku mengerjapkan mata, beradaptasi dengan cahaya dalam ruangan itu. Ruangan apa? Itulah yang jadi pertanyaanku sekarang ini. Aku menoleh ke samping dan kulihat seorang laki-laki sedang berkutat di depan laptop putihnya. Dan aku teringat sesuatu...
"Kau! Kau apakan aku?" Tuduhku sambil duduk menjauh dan menudingkan jariku tepat ke arahnya. Dia bangkit perlahan, memasukkan tangan ke saku jaketnya dan menatapku dalam-dalam. Mata itu... mengingatkanku pada seseorang...
"Sudah bangun rupanya..." Ia berdeham, dan melanjutkan, "Apa kau tahu, apa maksudnya ini?" Ia mengeluarkan dua figur bunga mawar putih dan merah bertuliskan namaku dan nama Valen.
"Itu milikku! Kembalikan!" Jeritku
"Tapi yang putih milikku, aku menemukannya sejak dulu, terjatuh di jok motorku. Berbulan-bulan aku memikirkan arti dari semua itu, tapi aku tidak ingat apa-apa tentang ini. Lalu aku menyimpannya begitu saja dan segera melupakannya, sampai aku menemukanmu... Dan kalungmu, yang berukirkan namaku. Tunggu, apa namamu Valentine Rosafira?"
"Ya"
Tiba-tiba ia jatuh terduduk dan memegangi kepalanya, menahan sakit yang mungkin dirasakannya, seolah sedang mengingat-ingat sesuatu..
"Kau.. kau.. Valentine.. Rosafira... Veve... kau... kekasihku..."
"Valen? Tidak mungkin!! Valen sudah mati! Kau bukan Rene Valentino!"
"Aku.. Valen.."
Ia menangis dan memelukku. Aku pun turut mencucurkan air mata.
"Orang tuaku, waktu itu, membawaku pergi jauh sekali darimu. Memutus semua koneksi untuk bisa bertemu kembali denganmu. Sempat aku mendengar, mereka merencanakan untuk membuatku seolah telah tiada, mengganti penampilanku dan menghilangkan ingatanku sewaktu aku koma. Satu hal yang mereka tidak ketahui adalah bahwa ada satu koneksi antara kau dan aku, bunga mawar ini... Mereka mencoba memisahkan kita Ve, tapi tidak berhasil... Karena kau tetap masih di hatiku, sekalipun dalam pikiranku kau tidak kuingat..."
"Hujan menyatukan kita, Val..."
Aku tersenyum bahagia, seolah mendapat uang milyaran rupiah. Kami pun memutuskan untuk keluar, menerjang hujan yang kembali turun. Seperti dulu....
The End -
Penulis,
Nama : Jessica Angelina
Email : jessica.angelina15@gmail.com
Email Facebook : zhee.dlittleangel@facebook.com
Alamat YM :-
Tempat Tinggal : BCF SS A-5 sidoarjo
@yasirliamriofficial
3 komentar:
kunjungan pertama di blog ini,,, aduuuuh,,,, inspiratif skali isi blog nya :D
Jadi lebih smangat ni buat nulis,,, salam knal yah
aku nangis bacanya,, TT.TT
teringat kekasihku faizun.
aku sangat takut kehilangan dia..
Terimakasih banyaak :)
hehehehe
salam,
Jessica
Posting Komentar