MR. NIGHT Oleh Ole Lia, Cerita yang satu ini sudah lama dikirimkan kepada saya, tapi saya baru sempat mempublikasinya pada hari ini, maaf ya. Ole lia adalah salah satu sahabat cerita cinta yang selalu eksis mengirimkan ceritanya, cerita-cerita yang dikirimkan sangat bagus hehehe. Kamu bisa membaca cerita-cerita lainnya dari Ole lia di sini, nah sekarang waktunya menyiapkan secangkir teh hangat dan membaca cerita yang sudah dikirimkan oleh ole lia ini, selamat membaca MR. NIGHT Oleh Ole Lia.
MR. NIGHT
Merasakan cinta dalam hidup ini merupakan hal terindah yang bisa aku miliki daripada semua macam keindahan yang ada di dunia ini. Karena dengan cinta akan banyak ditemukan perjalanan hidup kuat maupun lemah. Manusia akan tiba-tiba kuat ketika cinta itu datang. Dan manusia akan menjadi lemah saat cinta yang dimilikinya pergi. Apakah kekuatan cinta yang sebenarnya?jawabannya adalah kasih sayang. Apakah kelemahan nya? Jawabannya adalah kebencian, untuk hilangnya cinta tanpa keikhlasan. Banyak macam yang bisa diketahui dari kata cinta dalam hidup ini. Dari pengertian hingga jawaban dari segala masalahnya. Tapi ada satu hal yang tak pernah orang mau pikirkan yaitu keadaan hati. Orang hanya mengira cinta itu datang tanpa di duga, tapi sebenarnya bukan seperti itu melainkan sudah takdir Tuhan untuk dipertemukan, dan memang harus bertemu dengan pasangannya. Karena cinta akan susah berdiri sendiri, melainkan membutuhkan balasan. Meski terkadang harus dengar kalimat cinta tak harus memiliki , namun cinta juga ingin dicintai. Sangat munafik sebenarnya bila seseorang bisa mengikhlaskan cintanya tanpa balas,karena itu sangat sakit. Sesungguhnya adalah seseorang akan mengikhlaskan orang yang dicintainya bahagia,meski tidak bersamanya, so jangan tertipu hanya dengan kata cinta tak harus memiliki, asal dimengerti saja dapat membahagiakan yang dicintai seseorang sudah dapat memiliki cinta itu. Karena cinta bukan berarti harus selalu disamping yang dicinta tapi lebih mengarah memberikan kebebasan untuk yang dicintainya. Yach....semua ini hanya teori,maka tergantung setiap orang dalam menjalaninya. Tak ada yang mudah di dunia ini, segalanya butuh perjuangan dan kerja keras. Begitu juga untuk mendapatkan cinta sejati...
Namaku Evelin,gadis tomboy yang polos dan pendiem. Semester ini aku sudah angkatan tua fakultas arsitektur di sebuah universitas ternama di Jogja. Perjalananku hingga saat ini bisa dibilang sangat menajubkan, hingga terkadang jujur saja aku tak sanggup menghadapinya. Tapi aku sangat bersyukur kuliahku tetap lancar dan semua masalah yang ada tak menganggunya. Terutama masalah cinta dan keluarga yang tak henti-hentinya membuatku gila. Kadang aku merasa aneh dengan hidupku ini, masak masalah nya Cuma itu-itu saja tapi tak pernah selesai meski sudah berusaha untuk menyelesaikannya. Apa karena terlalu parah? Aku rasa tidak, karena aku masih bisa bertahan. Meski aku tak tahu apa yang akan terjadi besok pagi. Aku bisa kuat seperti ini sebenarnya juga ada seseorang yang senantiasa menjadi tempat keluh kesahku. Dialah MR.NIGHT, itulah nama yang yang sering aku sebut untuk dia. Dia pria biasa yang luarbiasa. Mengenalnya bagiku adalah sesuatu yang tak bisa dikatakan lewat kata untuk mengungkapkannya. Dia yang selalu ada dan setia mendengarkan semua jeritan soal masalah-masalahku. Bersamanya aku nyaman dan dapat meluapkan semua masalahku. Dia begitu istimewa dalam hidupku,Avo...aku hanya berharap kaulah yang akan selalu disampingku. Meski aku tak akan mengerti apa yang akan terjadi besok,lusa bahkan tahun depan apakah aku masih bisa menyebutmu MR.NIGHT ku lagi.
Masalaluku mengenai cinta memang sangat buram. Tak dapat dipungkiri lagi semua sudah terjadi dan aku harus bisa menerimanya. Rasa sakit dan bahagia yang terus menyelinap tiada henti. Yach...itulah kehidupan yang akan terus akan aku lalui, asal selalu menikmatinya dengan rasa syukur, janji Tuhan akan digenapi. Aku yakin akan semua itu.
***
Aku mengenal cinta berawal dari SMA, masa-masa cinta monyet dan mengenal cowok dari penampilan. Tapi pada saat itu aku masih sangat lugu dan kekanak-kanakan. Masih punya tampang tak ada bedanya dengan cowok. Rambut pendek dan gaya cewek galak tak lepas dari kesan garang membuat aku ditakuti orang yang melihatku untuk pertamakali dan hanya mengenalku sepintas saja. Aku sampai bingung padahal aku juga biasa saja, sebenarnya apa yang aneh dengan diriku??,terkadang rasanya ingin menangis karena aku tak ingin seperti itu. Ingin punya teman banyak dan bisa bergaul dengan semua orang. Dan tak meninggalkan perasaan manusia yang ingin dicintai setulus hati. Harapan itu sangat tinggi saat aku mengenal Risky. Kakak kelas waktu aku masih kelas 10. Dia memang ganteng dan terkenal di sekolah. Banyak cewek yang suka padanya,tapi sikapnya selalu tetap cool tak peduli dengan segala yang menggodanya. Parah sekali aku juga termasuk cewek yang mengidolakannya. Dari perasaan penasaranku padanya aku mulai mendekati cowok itu. Pelan-pelan aku mendapat informasinya dari temen-temen. Mulai mengenal dia dan entah kesambet setan apa gara-gara dia aku menjadi ingin terlihat feminime. Hah...rasa malu dikatain orang-orang kalau aku menjadi aneh,aku tak peduli. Aku hanya ingin buktikan ke dia kalau aku juga bisa cantik. Tapi kenyataannya nol, yang aku dapat tetap ejekan. Aku dihina dari belakang, aku dibilang cewek konyol yang aneh banget. Dan mungkin masih banyak lagi kata-kata yang gak banyak aku dengar langsung dari mulutnya. Tuhan sakit banget rasanya, ingin berontak tapi tak bisa. Dan akhirnya aku memutuskan untuk melupakannya setelah dia sudah memilih cewek untuk menjadi pacarnya.
Satu tahun aku pergi dia tiba-tiba hubungi aku lagi. Aku terkejut dia yang dulu cuek menjadi baik padaku. Dia mendekati aku dan sering mengajak aku curhat-curhat melalui sms. Aku pun memaafkannya dan mulai bisa menganggapnya seperti kakakku sendiri. Aku jadi sering tukar pikiran dengan dia. Berbagi cerita dan hubungan kami menjadi lebih akrab dari sebelum. Tapi siapa disangka bila akhir dari apa yang terjalin saat ini lebih parah dari pada akhir dari hubungan tahun lalu. Aku bener-bener tidak mengerti apa yang ada dipikiran orang itu. Semua kebaikannya dan perhatiannya Cuma munafik. Awalnya mau membantu memberikan ketenangan melainkan malah jalan untuk meninggalkan aku dalam kesesakan yang sudah hampir tenggelam. Aku pikir dengan cerita pada dia mengenai apa yang terjadi padaku saat itu, merupakan arah yang tepat. Tetapi tidak....itu malah jalan buntu. Tuhan,...kenapa aku harus cerita padanya?aku sungguh menyesal.
Melupakan Risky untuk kedua kalinya, akhirnya aku bertemu Jevan. Dialah pacar pertamaku. Walau niatnya Cuma main-main karena ingin merasakan punya pacar aku memberanikan diri untuk menjalin hubungan dengan cowok yang baru aku kenal satu bulan. Pertama kali kenal ini cowok memang sudah terlihat kurang ajar, berani memegang tangan. Tapi aku mencoba memakluminya karena hanya sekedar untuk mengungkapkan doa dihari ulang tahunku. Aku pikir dia adalah kado dari Tuhan,tapi ternyata bukan dia setan yang ingin menghancurkan hidupku. Aku mau jalan dengannya, menuruti apa yang menjadi kemauannya hingga pada akhirnya hari buruk demi hari buruk datang. Aku selalu merasa ketakutan bila disampingnya, dia adalah cowok cabul yang tiada hentinya merayuku. Mungkin memang bodohnya aku, cowok seperti ini masih tetap aku pertahankan hanya karena aku sudah mau mencoba menerima dia apa adanya. Tidak disangka ternyata dia juga Cuma melakukan permainan cinta untuk mendapatkan kepuasan. Setiap bertemu dia meminta hal-hal yang tak sewajarnya dilakukan orang pacaran,lama-lama aku menjadi semakin takut dan berusaha menolak bila diajak bertemu. Dan akhirnya dia memutuskan hubungan dengan sepihak. Mungkin awalnya aku tak bisa terima, tetap aku menangis. Karena aku tak bisa mengubahnya menjadi lebih baik tapi aku malahan ditinggalkan. Selanjutnya aku mulai mengerti inilah pelajaran dalam mencari pendamping hidup yang tidak gampang. Tidak bisa asal punya pacar dari sembarangan cowok yang dikenal. Semuanya butuh proses dan jangan pernah mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Pergi dan jauhlah Jevan.........
Setelah jauh dari Jevan, aku semakin trauma terhadap cowok. Bagiku kehidupan ini mungkin tak perlu ada cowok disampingku. Rasanya sakit ,saat ingin sudah mau menerima seseorang apa adanya ,ternyata hati ini dibohongi. Hidupku menjadi seorang diri yang harus kuat dan tegar. Berani dan harus bisa melangkah tanpa cinta. Aku mencoba terus dan terus berlari untuk menyembuhkan luka ini. Aku hanya ingin dicintai sepenuh hati dengan rasa ketulusan menjagaku. Tapi dimanakah cinta itu?....mungkin aku memang telah merasakan cinta tapi dimana pasangan cintaku?...
Berbulan-bulan aku mencarinya, mengharapkan akan datangnya seseorang yang sanggup menyembuhkan luka yang dalam ini. Trauma yang sudah tak terkendali dan rasa sakit takut untuk mencintai lagi. Dan tak pernah aku sangka dia benar-benar datang. Irgo menyapaku dengan lembut. Dia datang laksana pangeran yang membawa kan awan putih peneduh disaatku kepanasan. Hari-hariku mulai pulih dengan dunia yang baru dia kenalkan. Sedikit demi sedikit dia membuatku terbuai akan masih adanya dunia indah yang bisa dibina. Aku merasakannya,aku mencium bau bunga yang menentramkan hatiku. Semua yang aku lakukan menjadi semangat dan penuh keindahan yang mungkin tidak bisa terucap dari kata mulutku. Aku yang tak ingin yakin pada cowok menjadi yakin. Aku yang tak ingin mengenal menjadi mau mengenal. Aku yang takut tersakiti menjadi tidak lagi. Aku percaya dia akan bisa membahagiakanku dan tak akan meninggalkanku. Dan pelan-pelan tenggelamlah aku pada sebuah cinta yang sudah dirangkai Irgo sejak dia datang dalam hidupku.
Aku tak sanggup menolaknya , karena aku tak ingin kehilangan dia. Aku tak ingin dia hanya menjadi sahabatku, tapi juga kekasihku. Rasanya bahagia pada saaat dia bilang I LOVE YOU....
“Semua sudah berakhir Evelin, jangan takut lagi dan mulailah menatap masadepan dengan Irgo”, begitulah kata hatiku yang selalu menguatkan langkahku.
Waktu terus berjalan tapi kenapa aku masih merasakan sesuatu yang ganjal, aku tak pernah mengerti ada sebuah perasaan yang tiba-tiba datang begitu saja didalam hatiku ini. Aku merasakan ketidak percayaan yang disisi lain aku harus bisa percaya dia. Tuhan....bila dia jodohku berikan jalan untuk ku dapat terbuka dan memberikan kepercayaan sepenuhnya padanya. Tapi bila bukan tunjukan mana yang terbaik Tuhan untuk aku dan dia.
Aku bener-bener merasa bingung dengan semua yang aku rasakan ini. Aku merasa dia berubah setelah kami pacaran. Mungkin dia tak pernah menyadarinya. Tapi aku merasakan itu. Dia bertambah keras dan tak ingin mengalah dariku. Apa ini Cuma perasaan ku? Tapi memang dia tak pernah bisa merasakan cinta yang aku mau. Dia tak ingin memahamiku dengan segala kekuatan yang dia miliki. Sebenarnya aku hanya ingin dia bisa membuktikan atas semua yang dia katakan padaku. Hanya itu saja...tapi kenapa setiap aku memintanya, malah itu menjadi masalah yang sulit untuk berakhir. Aku harusnya gimana sih?...apakah aku memang biang dari masalah setiap aku marahan sama dia?. Aku mungkin juga terlalu sering mengatakan maaf padanya. Hampir setiap aku ingin bukti, dia marah dan akhirnya aku minta maaf. Semua selalu seperti itu. Dia tidak pernah sekali aja mencoba untuk paham, tapi langsung mengatakan aku salah. Yach....mungkin aku mang tak pantas untuknya.....aku itu butuh kesembuhan dan aku malah menyakiti dia dengan rasaku yang susah untuk percaya. Walaupun sudah berkata seribu kali aku percaya padanya. Aku masih tak mengerti juga aku masih merasakan sesuatu yang tak yakin....aku bingung.
Meski masalah ini selalu menyelimutiku, Irgo masih tetap menerimaku dengan lapang dada. Hubungan kami tetap berjalan dengan baik. Meski pacaran ini dia lakukan secara sembunyi-sembunyi, tapi tidak untukku. Aku menceritakan hubunangan kami pada mama, hingga pada suatu hari harus ketahuan papa tanpa sengaja. Tapi papa dapat menerima segala apa yang aku lakukan ,asal aku bisa menjaga diriku dengan baik. aku menceritakan semua nya pada Irgo, dan aku tak pernah mengerti kenapa dia langsung menjauhiku pelan-pelan dengan alasan yang bermacam-macam. Dia sibuk dan tak bisa diganggu. Dan dia menjadi pemarah ,kenapa aku tak pernah bisa memahaminya dan mengerti dia sedikit saja. Aku menjadi semakin garang, kenapa dia menjadi egois seperti ini?...
Aku mencoba untuk memahami dia dan ngalah. Aku hanya tak ingin kehilangan dia. Karena aku sudah mencintai dia sepenuh hati . Dia cowok baik yang ingin aku pertahankan hingga nanti, tapi ternyata tidak sesuai denga hati Irgo. Aku pikir dia juga ingin selalu denganku, tapi dia akhirnya meninggalkanku. Sampai saat ini aku pun tak pernah mengerti apa alasan dia yang sebenarnya. Terlalu banyak masalah yang dia katakan padaku, yang memaksa dia harus pergi. Aku langsung terjatuh melepuh waktu itu. Hancur dan tak sanggup lagi rasanya untuk bangun. Aku sakit hati dan fisik. Mungkn dulu aku selalu mengejek orang patah hati kok sampai rela bunuh diri? Gila banget kayak gak ada cinta lain. Masih banyak orang di dunia ini kata orang. Tapi ternyata setelah merasakan sendiri, memang semua itu sangat parah. Pahit benar rasanya, bila nangis sudah rasanya seperti mati tenggelam dilautan lepas karena tak dapat untuk kembali kepermukaan. Dan berat sekali rasanya ingin menghirup udara lepas dan segar. Aku hanyut untuk kesekian luka yang tak bisa aku tolak lagi, Irgo sudah pergi dan tak akan kembali.
Mungkin aku orang bodoh yang ingin selalu berjuang dengan ketololanku yang buta akan cinta. Aku masih tetap mengejar Irgo dengan semangat-semangatku ingin membahagiakan dia. Tapi kenyataannya itu malah hal yang semakin membuatku terluka. Aku semakin tak bernyawa dan seperti sampah dihadapannya. Aku juga bingung kenapa aku bisa seperti ini. Hinga aku akhirnya berhenti saat dia bilang “ lupakan aku, aku sudah tak mencintaimu lagi, aku sudah punya kekasih lagi dan jangan hubungi aku lagi. Pacaran kita tak untuk apa-apa”. Dari saat itulah aku akhirnya hilang,lenyap dan musnah entah ada dimana. Aku seperti tak mengenali diriku lagi. Seseorang yang aku perjuangkan sudah mencampakan aku. Tuhan, hidupku rasanya sudah habis. Tak akan ada cinta lagi.
Aku menangis hingga airmata ini habis. Aku melanjutkan langkah dengan pikiran cintaku memang berakhir tapi hidupku masih tetap berjalan. Tapi ternyata semua ini tak mudah, aku harus merangkak untuk dapat berdiri lagi. Aku mencoba mencari tembok untuk bersandar, tapi tak ada. Aku hubungi Mona, tapi yang aku dapat bukan kekuatan tapi kehancuran yang semakin dalam. Dan aku hanya bisa diem dan mengiyakan semua kata-katanya dan membuang kembali. Karena saat itu aku gak butuh pembelaan benar, dia terhadap Irgo. Aku sedang butuh untuk bangkit. Aku butuh hiburan, aku mau dunia baru. Tapi tak ada satu pun sahabatku yang memberikannya. Aku hanya bisa jalan-jalan sendiri, menghibur diri sendiri dengan kemampuanku bisa bergerak. Hanya Yessy yang mungkin lebih bisa sedikit memahami apa yang aku rasakan. Terima kasih Yes......
Dan semua kini telah berlalu dan hanya masalalu. Aku sering sedih bila ingat semua yang aku rasakan. Hatiku pahit seperti mengunyah obat. Tuhan berikan aku kekuatan untuk bisa melupakannya. Aku ingin tetap melangkah ke depan. Menghilangkan risky, jevan dan Irgo. Aku harus benar-benar tak mengingat mereka lagi.
Dan ditengah-tengah perasaan yang kacau, aku mengenal Avo. Dia pria yang jauh dari tatapanku. Yang tak aku sangka berubah menjadi MR.NIGHT, dia menjadi seseorang yang penting dalam perjalanan langkahku. Avo mengajarkan aku banyak hal. Dia banyak memberikanku semangat untuk bangkit dan hanyut karena permasalahan cinta. Wanita itu harus kuat, tak boleh lemah....inilah kata yang selalu aku ingat darinya. Aku merasa bahagia bisa mengenal dia saat ini dan mendapatkan tempat curahan hati yang tepat. Namun kebodohan terjadi lagi, aku yang diberikan kekuatan oleh dia menjadi suka padanya. Aku sedikit demi sedikit menyanyangi Avo. Aku merasa bimbang sebenarnya, tapi tak bisa aku sangkal lagi. Bila memang perasaaan sayang telah bersemayam hangat dalam hatiku. Setiap melihat Avo terasa beda dengan dulu. Tatapan yang biasa saja berubah menjadi sorotan yang spesial. Aku yang tak ingin mencinta untuk sementara waktu menjadi mundur ,tidak sanggup menolak kehadiran cinta. Avo , maafkan aku bila akhirnya aku menjadi menyayangimu....
Aku menyebut Avo sebagai MR.NIGHT, karena dia selalu hadir di setiap malamku. Dia menemaniku berbicara diwaktu malam. Dan jarang terjadi di siang hari. Karena memang meski aku sering ketemu Avo, aku dan dia sangat jarang berucap kata. Aku tak tahu, kenapa begini?...
Avo adalah seseorang yang saat ini telah mengenal banyak hal dalam hidupku. Dan orang yang merasa aneh, karena aku tiba-tiba datang dalam hidupnya. Semua memang terasa membingungkan dan memang terjadi begitu saja. Aku sering mengganggu Avo, yang terkadang sampai dia menanyakan kenapa aku lari padanya. Bila aku sudah bertemu pertanyaan itu, aku juga bingung harus menjawab apa. Karena aku sendiri sebenarnya juga tak mengerti, pada awalnya apa yang membuat aku percaya padanya dan bercerita banyak pada dia. Aku hanya bisa melihat, ada hawa ketenangan saat aku memulai obrolan dengannya. Aku merasakan sesuatu yang jauh lebih dalam dari nilai kepercayaan, yaitu suasana lain yang tak pernah aku rasakan dari teman-teman cerita aku yang dulu. Dia akan menjaga ucapan-ucapanku. Dan dari sini aku merasa dia juga telah sanggup menjagaku. Mungkin yang aku harapkan terlalu berlebihan, terhadap dia yang hanya menatapku dari samping. Aku adalah benalu yang kapan saja bisa dia singkirkan,lupakan dan hilangkan.
Cintaku datang bukan untuk dibalas melainkan untuk memberiku kekuatan untuk bangkit. Dengan begini aku akan bisa bertahan, meski Avo tak menjadi miliku. Andai saja aku bisa ucapankan padamu Avo, bila aku ingin kau yang selalu disampingku dan menjagaku.
Kau datang , cepat begitu saja
Bagai angin yang langsung melingkupiku
Masuk hingga hatiku
Kau hadir, memberikan kesegaran
Seketika melegakan nafas yang sudah sesak
Kau berikan sorotan lembutmu
Kini aku tak sanggup menolaknya
Bahwa aku telah jatuh hati padamu
Kau telah sanggup mengubah semuanya
Sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin bagiku
Aku yang lemah menjadi kuat
Kau jadikanku seseorang yang berharga
Ditengah kehancuranku
Maafkan aku...
Bila aku kini menjadi menyayangimu
MR.NIGHT...
Sekarang adalah waktunya aku membuka lembaran baru dengan mimpi yang lebih indah dari yang dulu. Menjadi wanita kuat dan percaya akan keindahan yang akan sebentar lagi datang, meski perlu berjuang lebih keras dan harus menangis lebih banyak lagi. Aku pasti sanggup,...
Diantara mimpi masa depan yang masih jauh ke depan, ada bayangan Avo yang ingin aku gapai tangannya. Tapi apakah mungkin?itulah permasalahannya. Apakah yakin Avo akan hadir untuk jadi lebih dari sahabat?...aku bingung dan gak begitu yakin. Apakah kisahku mengenal Avo akan berhenti seperti waktu aku menyukai Risky?. Karena awal Avo datang dia hanya memberikan surat persahabatan tak lebih dari itu. Tapi kenapa perasaanku malah menjadi cinta?...hah...aku mungkin yang gila dan bodoh.
Melihat Avo waktu dikelas sudah tampak seperti melihat sosok yang jauh dari kedekatan. Mungkin dia memang yang telah menyembuhkan lukaku tanpa sengaja. Dia juga yang telah menjatuhkan semangat hidup yang baru. Tapi apakah MR.NIGHT yang ada dalam dunia maya bisa menjadi nyata dalam hidupku yang sebenarnya?. Semakin aku melihat dia setiap bertemu, dia jauh...dia bukan untuk aku. Tapi kenapa aku yakin aku menyukainya?aku cinta kamu,Avo. Dan kenapa aku ingin menunggunya? Dia adalah cinta yang hadir tanpa aku melihat face dan penampilan, tapi dia adalah cinta yang hadir melalui ucapan hatinya yang mau menjadi tempatku bersandar.
Avo mang begitu istimewa, sosok yang indah yang selama ini aku cari. Tapi aku sadar, ini waktunya Avo untuk pergi. Sudah saatnya dia membiarkan aku tak tergantung padanya lagi. Meski aku tak bisa menyangkal kalau aku butuh dia, tapi aku harus bisa melepaskan semua harpanku ini. Karena dia tak pernah ingin dekat denganku, dari awal hingga akhirnya aku menyukainya. Mungkin aku mang tak tahu diri, mencintai dia yang tak ingin melihatku. Kenapa sih perasaan ini harus datang?kenapa???
Mengenal Avo , adalah awal aku membutuhkan seorang teman dan hanya dia yang muncul di layar onlineku. Aku hanya mengajak ngobrol biasa karena aku butuh sebuah penghiburan. Dan lama-kelamaan aku menjadi bercerita hal yang pribadi bagiku, saat aku ditinggal Irgo. Aku tak percaya dia langsung menganggapinya dengan serius dan aku masih sangat ingat semangat-semangatnya, yang menggebu-gebu diberikannya padaku. Dari saat itulah aku selalu lari ke Avo, setiap ada masalah. Dan benar dia sanggup mengajarkan aku untuk jadi seseorang yang kuat. Dia memang hebat . aku kagum padanya. Dia lucu dan beda dari semua cowok yang pernah aku kenal. Dia mau membantu siapa aja, meski dia gak kenal baik. aku bahagia kenal dia, mungkin dia punya nasib buruk mengenal aku.
Aku dan Avo memang teman sekelas dari semester satu hingga kini semester 6, tapi waktu kita ngobrol bisa dihitung dengan jari. Karena memang sangat jarang dan mungkin sehari atau sebulan aja kita enggak pernah ngomong. Hanya satu kebahagiaan aku, setiap malam aku mimpi dia. Dari mimpi itu aku merasakan dekat dengan dia, walau Cuma bayangan palsu bunga tidur, aku seneng bisa ngobrol dan merasakan kebahagiaan yang enggak mungkin ada dalam dunia nyata.
Avo,...
Kaulah pangeran angin
Pelan berhembus kesejukan
Mencerahkan setiap waktu
Membakar jiwaku yang layu
Betapa hebatnya kau
Detik langkahku menjadi sempurna karena mu
Kaulah mimpi malamku
Kehadiranmu bagaikan setetes madu
Memaniskan duniaku dalam sekejap senyumanmu
Sekarang, KU Hanya Kan bisa melihat Avo dari jauh. Aku tak mugkin bisa menyatakan rasa ini. Aku malu dan pasti akan semakin dijauhi oleh dia. Aku hanya ingin bisa melihat dia bahagia selalu... dengan dunia yang memang sudah menjadi miliknya sendiri. Seperti hari ini, aku melihatnya sangat serius dengan tugas kuliah yang harus selesai cepat. Dia benar-benar tak dapat diganggu. Mendengar suara batuk ku yang sulit berhenti saja. Sedikitpun konsentrasinya tidak terganggu. “ Avo, terimakasih buat semua yang telah kamu beri untuku, dan kini aku akan menjadi cewek yang kuat , sanggup hadapi semua pilihan hidupku”. Aku tersenyum untuk rasaku yang tak pernah menyesal telah menyayangngi Avo.
Tapi kenapa aku menangis saat melihat Avo dengan cewek lain. Bukannya kau tulus dan ikhlas untuk mencintainya tanpa harus memiliki dia. Aku tak bisa menahan airmata ini, bagaimana pun aku memberikan ketulusan hati ini, hatiku tetap terluka. Tapi tidak terlalu sakit, walau tetap perih. Aku enggak ngerti dengan perasaanku ini. Tiap tanpa sengaja bertemu Avo, aku selalu bersikap biasa saja. Namun jauh didalam sana, aku hancur. Aku harus bisa melupakan semua harapanku sebelum hal Risky terulang lagi dalam duniaku yang sudah sembuh ini. Aku akan terima takdirku menunggu cinta yang telah di ijinkan Tuhan untuku. Aku tak akan memaksakan cinta ini, aku tak ingin melukai avo dengan memaksakan perasaanku. Sebesar apapun perasaan ini, tak akan membahagiakan Avo. Karena dia telah menolaknya lebih awal dari semua harapan yang sudah ada.
31 agustus
Thanks to Mr. NIGHT....
Aku menyangimu, bahkan bisa dikatakan aku mencintaimu. Menginginkan dirimu untuk selalu ada disampingku. Karena bersamamu aku menjadi bertambah kuat. Kamu jadikan aku seseorang yang istimewa, dan sanggup mengubah semua yang tak dewasa dariku menjadi cewek yang sanggup memilih jalan hidupnya sendiri. Meski hanya melalui dunia maya yang sangat jauh dari dunia nyata, aku bisa berubah. Kau hebat...aku kagum padamu. Aku juga tak pernah mengerti kenapa semua yang berawal dari ketidak sengajaan ini menjadikan aku ingin lebih mengenalmu dan dekat denganmu. Tapi semakin jauh kesini aku semakin mengerti, bahwa kamu yang tak ingin aku sentuh lebih kedalam duniamu, menandakan aku untuk tidak berharap banyak padamu. Aku perih, tapi aku terima semua dan sekarang aku sudah sanggup untuk pergi. Walau sebenarnya tak ingin tapi kini aku yang sudah sembuh harus bisa berdiri sendiri dan seperti katamu bahwa aku harus mengejar semua yang aku mau.
MR.NIGHT..... kau adalah mimpi malamku..
Lima tahun kemudian, aku sudah bekerja disebuah kantor biro konsultan di Denpasar, Bali. Kehidupanku masih sama saja, sendiri dan menikmati pekerjaanku. Hari-hariku selalu habis di kantor dan ke rumah hanya untuk istirahat. Terkadang bosan juga dengan kehidupan yang monoton seperti ini. Tapi aku harus jalani semua ini demi keluarga dan masadepanku. Di bali aku tinggal dengan sepupuku, yang juga merantau. Namanya Livia, dia kabur ke denpasar karena untuk menjauh dari pacarnya yang terus memaksanya untuk menikah. Aku merasa kasihan pada Livia yang sepertinya batinnya sangat kacau. Aku tak mengerti alasan apa yang membuat dia harus kabur, padahal kalau memang tak ingin menikah bisa diutarakan dengan baik-baik dan kalau memang Livia mencintai Jo, kenapa diajak menikah juga enggak mau?....hah..... sampai sekarang Livia masih bungkam dan tak mau cerita sedikit pun. Mungkin belum waktunya untuk dia membuka dirinya.
Setiap hari libur kerja aku dan Livia pergi jalan-jalan. Dari mall yang banyak orang hingga pantai yang dicari saat sepi untuk dapat melepaskan penat suasana pekerjaan yang tak henti-hentinya dikejar deadline. Setiap ke pantai aku melihat mereka yang berpasangan, dari sisi lain aku melihat dengan sorotan biasa saja tapi disisi lain aku juga menginginkan itu. Aku masih merindukan MR.NIGHT, dimana dia sekarang? Masihkah dia ingat aku? Atau aku sudah dilupakan? Tapi sepertinya dia sudah lupa akan aku, karena dia memang si pelupa.....huft....
“Evelin...kok senyum-senyum sendiri”, tanya Livia merasa aneh melihat mukaku yang memerah seperti tomat sambil tersenyum tak jelas.
Aku tetap hanya tersenyum dan Livia semakin penasaran menanyai aku, “ enggak apa-apa, emang aku sedang ingin jadi orang gila “.
“ panas bener ni kepalamu, gawat!!!”.
“ enak aja.....aku masih waras ya....” aku dan Livia pun ketawa bersama-sama. Dan dalam hatiku paling dalam masih sangat dekat mengingat Avo. Aku masih sangat merindukan kehadirannya, meski ketika itu aku sudah ingin melupakan harapan-harapanku padanya. Aku rasa sekarang avo sudah menikah dan hidup bahagia dengan istri dan anaknya, karena aku bener-bener tak sedikit pun mendapatkan kabar soal dia lagi. Cuma yang aku tahu setelah wisuda dia bekerja di Singapura 2 tahun dan berlanjut sekolah S2 di Jerman.
Hari senin merupakan hari yang harusnya penuh semangat, tapi aku malas banget. Pergi ke kantor dan harus bertemu dengan pekerjaaan-pekerjaan yang menumpuk. “Ya Tuhan,.....berangkat kerja-kerja!!”.
Aku dan Livia selalu berangkat bersama meski kantor kita berbeda, dan memang kebetulan banget kita searah. Pagi ini rasanya beda dengan pagi biasanya, enggak tahu kenapa hatiku rasanya bergetar-getar sendiri seperti grogi. Padahal juga enggak ada presentasi tapi kok aneh gininya. Tapi udahlah cuek aja, mikir-mikir yang positif aja. Aku hanya berusaha untuk menenangkan diri, karena didalam hati sana perasaanku tetap tak tenang.
Sampai di kantor perasaanku semakin terasa aneh, sepertinya akan terjadi sesuatu padaku. Aku mencoba menenangkan diri dengan meminum kopi. Sebenarnya apa yang akan terjadi, lalu aku berdiri di depan jendela sembari melihat suasana diluar ruanganku memang terpampang taman. Dan mataku langsung terfokus pada sebuah tempat duduk yang di isi oleh dua orang pria. Yang satu sih pak Nathan, siapa yang satunya ya?tapi kenapa mukanya tidak asing. Kayaknya aku mengenalnya?...
“ Mbak Evelin....serius amat. Ada apa sih?”, tiba-tiba datang Momo. Dia anaknya pak Nathan yang suka ke kantor, untuk ngantar obat buat ayahnya. Karena memang pak Nathan selalu lupa membawa obatnya, padahal masih masa penyembuhan.
“ eh Momo.....enggak ada apa-apa kok”, aku tersenyum lalu duduk.
“ Lihat papa enggak?”.
“itu di taman “.
“okey, makasih”.
Momo langsung pergi menuju taman, dan aku melanjutkan pengamatanku. Dan akhirnya semakin jelas aku lihat. Dan aku lihat nyata, sampai cangkir kopiku terjatuh karena aku terkejut dengan pria itu. Memakai kaca mata, kemeja garis-garis dan yang pasti penampilannya masih sama dengan dulu. Rapi dan tegak. Apa aku sedang bermimpi? Tidak...ini bukan mimpi. Dia benar-benar Avo. Seketika jatungku berdetak lebih kencang dari biasanya, aku kemudian terduduk gemetar tak percaya. Rasanya ingin pinsan dan bangun kalau ini Cuma mimpi. Bukannya aku tak ingin bertemu Avo, tapi aku merasa belum siap. Meski sebenarnya inilah hari yang aku tunggu selama 5 tahun penantian. Aku menjadi gugup dan bingung mau mengerjakan apa sekarang...aduh....ya Tuhan, aku kenapa? Tanganku tak bisa memegang apa-apa. Aku langsung lari ke toilet, kenapa aku ketoilet? Lalu aku pergi ke kafetaria. Oups... ngapain aku kesini?...aku mondar mandir bingung sendiri. Sampai akhirnya ada yang mendatangiku.
“Lin, kamu kenapa sih? Dari tadi jalan sana sini gak jelas .”
“Enggak ada apa kok, aku mau pergi ke dokter sebentar ya...sepertinya aku lagi enggak enak badan.” Tanpa pikir panjang aku pergi. Enggak peduli bila nanti akan dimarahi bos. Aku hanya ingin menghindar dan menenangkan diriku. Daripada semakin kacau, aku harus pergi. Meski Juna juga sudah mengingatkan aku kalau nanti siang bakalan ada miting. Tapi aku enggak bisa semakin lama lagi berada di kantor karena belum sanggup untuk bertemu dengan Avo.
Aku jalan dan terus jalan tanpa arah. Dan masih sangat jelas bayangan Avo yang baru saja aku lihat. Lalu aku berhenti dan duduk dipinggir jalan. Saat aku menghadap ke jalan, yang aku lihat adalah Momo yang semobil dengan Avo. Aku semakin terbengong, Tuhan....aku ingin menutup mata ini ,airmata pun menetes dan hatiku tak bisa merasakan apa-apa.
Avo kembali datang dalam kehidupanku. Dia hadir berbeda dari yang dulu. Kini dia begitu tampak dewasa dan lebih berwibawa. Dan paling mengejutkan, dia jadi bosku. Ternyata dia yang selama ini telah diceritakan pak Nathan, seseorang yang akan menduduki posisi arsitek kedua setelah beliau di kantor. Hatiku semakin stress rasanya bila setiap hari harus bekerja sama dengan dia. Tapi mau gimana lagi semua benar-benar tak ada pilihan. Semua harus bisa aku hadapi , aku pasti bisa.
Rapat pertama di kantor yang dipimpin Avo, semua tampak sangat antusias untuk melihat pertamakalinya Avo menunjukan kemampuan berpikirnya. Meski dari dulu dia pintar bicara, avo yang sekarang lebih matang dan hebat. Semua orang diruangan terpukau melihatnya, termasuk aku. Dan disela-sela dia bicara, nampak aneh saat dia menoleh kearahku. Sepertinya dia mulai curiga akan keberadaanku. Tatapannya semakin tajam, setelah dia selesai bicara dan duduk di kursinya. Setelah rapat, dia mendekati aku.
“ Hai, kamu... Evelin temen kuliah. Si pendiem?” ucap Avo yang mulai ingat denganku. Karena pada awal perkenalan dia di kantor, dia masih sangat cuek dan aku pikir memang sudah lupa akan diriku.
“iya. Aku Evelin.”jawabku segera akan pergi.
“eh, kok enggak nyangka ya kita bisa sekantor sekarang. Kamu tampak beda sekarang.”
“kamu juga”, aku tersenyum.
“oh ya, sejak kapan kamu disini?”
“ Udah lama kok, sejak aku lulus.”
“ wow, jadi kamu langsung lari ke Bali.”
“ yach begitulah, aku duluan ya. Ada kerjaan yang harus segera selesai.”
Avo hanya mengangguk sembari tersenyum dan aku semakin cepat melangkah keluar dari ruang rapat. Hatiku rasanya tenang enggak melihat Avo lagi. Segera aku taruh dokumen-dokumen yang aku bawa diatas meja, kemudian aku pergi ke cafetaria untuk makan siang. Sendirian aku menuju sebuah tempat duduk paling ujung yang masih kosong. Belum selesai pesan, tiba-tiba datang Avo yang minta ijin untuk duduk semeja denganku. Serentak aku kaget seluruh tubuhku, dan karena bingung, aku iyakan begitu saja.
“ katanya banyak kerjaan....”
“oh, iya....tapi inikan waktunya istirahat.”
“hmmm gitu.” Ucap Avo sambil senyum-senyum gak jelas melihatku seperti orang bodoh yang nampak gugup.
Avo mengajaku ngobrol terus, cerita banyak hal. Dari sekolahnya hingga pengalaman kerja di luar negri. Dia sekarang memang luar biasa, pengalaman hidupnya sangat banyak. Serta pastinya dia juga punya sikap berubah total terhadapku. Dulu yang cuek tiap bertemu dalam satu tempat duduk, kini dia mau banyak cerita tanpa aku mengawali pertanyaan untuk dia jawab dan bisa ngobrol dengannya. Rasanya bahagia banget, bisa mendengar langsung cerita Avo. Becanda dan berbagi kisah setelah wisuda.
***
Hari demi demi hari berlalu dengan putaran detik waktu. Aku semakin merasakan kenyaman dan ketenangan setiap didekat Avo. Dulu yang grogi, kurang percaya diri,sudah hilang entah kemana. Aku bener-bener menikmati saat-saat dikantor dan akhirnya pulang ke rumah. Setiap hari bisa melihat Avo adalah semangat yang luarbiasa dalam pekerjaan dan kehidupanku . Tapi semuanya tidak selalu indah, ketika aku harus bertemu Avo bersama Momo. Meski saat ini mereka belum menjalin hubungan, sangat terlihat bagaimana Avo memperlakukan Momo dengan penuh perhatian. Sepertinya dia berupaya memperlihatkan isi hatinya pada Momo. Karena memang tiap hari Momo mampir ke kantor,aku pun harus merasakan sakit yang aku sendiri tak tahu asalnya darimana. Aku tak menyangkal , bila aku cemburu.
Siang ini, Momo datang dengan penampilan yang cantik sekali. Memakai dress pink bercorak putih, sepatu higtheels, rambutnya tertata rapi dengan jepitan pita. Dia bener-bener seperti bidadari yang baru turun dari surga. Aku saja yang cewek sampai terpesona melihatnya, apalagi Avo yang saat itu ada diruangan yang sama denganku. Ketika aku menoleh ke Avo, sedikit pun matanya seperti tak mau berkedip.
“Avo”, teriaku.
“Iya, ada apa?” Avo gugup sekali.
“ Enggak papa.”jawabku ketus. Enggak tahu kenapa hatiku langsung sakit banget. Seperti tertusuk duri yang tajam .
“Kak Avo, papah kemana ya?diruanganya kok enggak ada.”
“ lagi di cafetaria sepertinya.”
“ owh ya, okey. Makasih.”
“Nanti malam jadikan Mo.”
“ Entar aku kabari lagi ya.” Momo tersenyum pergi.
Dia memang cantik sekali pantas Avo bela-belain meninggalkan pekerjaannya yang di Jerman. Hanya untuk mengejar gadis itu. Kalau boleh jujur, rasanya aku iri dengan Momo. Bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari Avo, serta bisa memiliki hati Avo yang dari dulu sangat aku impikan.
Sehabis Momo pergi, dan seketika itu pula hatiku tersayat perih. Disela-sela tidak ada orang yang melihat, airmataku menetes ...hatiku terluka. Mungkin saat ini Avo tampak jelas didekatku, namun sebenernya dia lebih jauh dari 5 tahun lalu aku tak pernah bertemu dengannya. Tuhan...berikan kekuatan dan bisa menikmati perasaan dihati yang telah genap memenuhi jiwaku. Ditengah himpitan rasa yang tak mungkin terungkap dan terbalaskan.
Sebulan kemudian, Avo dan Momo memang terlihat semakin dekat. Hampir setiap hari aku melihat mereka jalan berdua dan saling ngobrol seru sepertinya. Dari jarak yang jauh aku merasakan raut wajah Avo yang selalu berbunga-bunga. Hingga suka nyanyi-nyanyi sendiri sampai suka salah tingkah kalau Momo datang. Dan pada hari ini adalah hari ulang tahun Avo yang ke 26 tahun, akan ada perayaan kecil-kecilan di sebuah cafe yang memang sudah di pesan 1 minggu sebelumnya. Aku juga diundang dan boleh mengajak siapa saja dan daripada datang sendiri , aku akan datang bersama Livia.
Seperti yang sudah aku duga, acaranya cukup meriah didatangngi keluarga dan beberapa rekan kerja di Kantor. Dan yang pasti aku melihat Momo, dia cantik banget malam ini. Dia berdiri tepat disamping Avo yang sudah siap akan meniup lilin. Ya Tuhan, kuatkan aku untuk tidak cemburu...aku bisa hadapi situasi ini ...begitulah kata-kata yang terus menerus keluar dari hatiku. Potongan kue pertama pun di terima Momo dengan wajah memerah, andai saja itu aku, pasti indah banget rasanya. Tapi sudahlah mimpi akan hanya menjadi mimpi. Karena aku tak kuat melihatnya, aku pun ke toilet. Kemudan Livia menyusulku, dan dia tahu kalau aku sedang menangis.
“Sabar ya Lin,,,...”
“ Aku enggak kuat Vi...”
“ Aku yakin kamu bisa hadapi ini semua kok...”
“ Aku mau pulang aja Vi,...”
“ Yaudah, tapi kamu ngasih ucapan dulu ke Avo ya”
“ Salamin aja Vi, aku tunggu diluar. Beneran aku enggak sanggup. Nanti bisa-bisa aku nangis di depan dia “, sambil aku usap airmataku.
“ Tapi enggak enak donk Lin, kan kamu yang di undang. Kamu pasti bisa !ayoo ,,,”
Aku terdiam sejenak sambil menyiapkan keberanian hati, kemuadian aku melangkah dengan berpikir tidak ada masalah apa-apa. Sampai didepan Avo dan Momo, hatiku lagi-lagi sakit. Aku menyapa Avo dan mengucapkan hari jadinya sambil memberi kado, tanpa terduga airmataku mengalir.
“ Mbak evelin ,Kenapa?”
“ Enggak apa-apa”, aku pergi dan tersenyum.
“Tapi kok nangis...” Momo bingung.
“ Matanya mang lagi sakit..” jawab Livia, menyalami Avo dan mengejarku.
Avo hanya mengucap terimakasih atas kedatanganku dan Livia, dia memang tak pernah ingin tahu apa yang terjadi padaku.
Apakah aku memang tak pantas untuk mencintai nya?
Penantian panjang yang tidak berarti atau memang aku salah menunggunya
Cinta tiada bertara, namun cinta juga ingin dimengerti
Tapi ini bukan salahmu
Aku yang salah
Aku yang terlalu berharap
Aku yang terlalu inginkan kau
Dan aku yang memang harusnya pergi
Karena kau telah memilihnya...
Sehabis ulang tahunnya Avo aku sakit, hingga satu minggu aku di rumah sakit. Enggak tahu apa yang terjadi padaku. Karena dokter bilang aku Cuma butuh istirahat , namun tidak boleh di bawa pulang dan harus rawat inap. Dan rasanya bertambah sakit karena sekali aja, Avo tidak menjengguku. Hanya Livia dan beberapa temen kantor yang datang saja tak semua. Mungkin aku bodoh bener bila mengharapkan perhatian dari orang lain. Hari-hari di rumah sakit aku gunakan untuk berdoa dan menenangkan pikiranku. Aku tidak boleh jatuh terlalu dalam, jangan pernah kecewakan orangtua hanya karena hati yang hancur. Dan saat aku akan pulang dari rumah sakit, siapa sangka bila Avo baru datang. Namun kedatanganya malah membuatku semakin terluka, dia datang dengan menggandeng tangan Momo, Ya Tuhan...aku tak ingin melihatnya. Tapi kenapa itu tepat di depan mataku.
“ Oh, udah mau pulang ...wah, sia-sia donk menjenguknya...,” ucap avo sambil ketawa.
“ Ih...kakak ini....Udah sehat Mbak Evelin.” Sahut Momo
“ Becanda kok...masih pucat gitu, kok udah pulang?”
Aku diem saja, dan Livia yang menjawabnya, “ soalnya mau rawat jalan saja, udah ya...taxinya sudah menunggu”
Livia membawaku dengan kursi roda, aku sedikit pun tak menoleh ke Avo. Satu ucapan saja dari mulutku tak bisa keluar. Dan airmata ini akhirnya harus berkali-kali menetes. Rasanya aku sedang sangat tenggelam didasar laut, hingga sesak untuk bernafas.
Karena merasakan ganjal akan sikapku dan Livia,mereka mengejar aku. Dan tepat saat aku mau masuk ke taxi, Momo mencegahku untuk pergi.
“ Tunggu , Mbak Evelin...sebenarnya ada apa sih ini? Aku merasa aneh “
“ Tidak ada apa-apa,” jawab Livia
“ Aku mau mbak Evelin yang jawab”
“ Enggak ada apa-apa Kok dek Momo” aku tersenyum lembut, dan mang sangat terlihat aku habis mengusap airmataku.
“ Sebenarnya mau kalian itu apa sih? Apa masih enggak puas udah membuat Evelin kayak gini”, Ucap Livia
Avo dan Momo kaget mendengarnya,
“ Livia!, maap ya...ayoo kita pergi”
“Tunggu . Maksudnya apa? Emang kita udah berbuat apa?” tanya Avo.
“ Apa pernah kamu mau tahu? Kalau evelin...”
“Stop Livia!...”
“Aku enggak bisa membiarkan kamu kayak gini terus Lin...”
“ Sebenarnya apa yang kakak sembunyikan?” Tanya Momo.
“ 3 tahun masa kuliah, aku menyukai seorang cowok. Aku awalnya biasa aja tak ingin banyak berharap. Dia cowok yang baik, berani, tegas, dewasa dan aku kagum padanya. Hampir setiap malam dia berikan waktunya untuk ngobrol denganku, hampir setiap masalahku dia tahu dan dialah yang menenangkanku. Hingga nyaman setiap ada dia, dan aku kuat didekatnya. Dia sangat berarti dalam hidupku. Baru kali ini aku merasakan cinta yang datang tanpa harus melihat dan sentuhan dunia nyata. Cinta yang hadir sangat indah . hingga kami berpisah tanpa dia tahu akan perasaan yang sebenarnya aku rasakan. Aku masih tetap menunggunya, hingga 5 tahun kemudian dia datang lagi. Apakah kalian tahu? Rasanya seperti mimpi bertemu cowok itu lagi. Sekarang dia bertambah hebat, tapi sayang dia hadir bukan untuk aku, tapi untuk wanita lain. Dan yang terjadi padaku ini bukan salah dia, tapi karena kebodohanku yang terlalu berharap....” Aku mengajak Livia masuk ke dalam Taxi. Avo seketika terdiam, dan Momo masih bingung. Dan taxi lekas membawaku pergi.
Malam harinya Avo datang ke rumah. Aku awalnya enggak percaya dia bakalan datang. Dan dia tiba-tiba sudah berada dibelakangku, kemudian duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempatku.
“Ada apa kamu kesini?”
“Enggak boleh ya...”
“ Boleh kok...”
“ Apa cowok yang kamu ceritakan tadi siang itu aku?”
Aku terkejut dan merinding saat mendengar pertanyaan Avo , aku bingung harus jawab apa. Aku hanya diam.
“ kok diem?jadi bener itu aku?kenapa selama ini kamu diem aja?”
Aku hanya meneteskan airmata, karena memang aku enggak bisa berkata-kata lagi.
“ Aku dulu baik padamu, karena aku menganggapmu sahabatku, tak lebih dari itu. Aku enggak menyalahkanmu, bila kamu menyukaiku. Tapi tak sepantasnya kamu menungguku yang tak bisa membalas hatimu. Kamu tahukan aku suka ma Momo. Tahu enggak kamu bodoh lakukan ini semua?terbaring di rumah sakit, hanya karena patah hati!”
Seketika aku berdiri dan menampar Avo. Aku berikan dengan segenap emosiku. “ kamu pikir? Aku mau kayak gini,...aku sudah berusaha menguatkan diriku. Mungkin semua ini bodoh dihadapan semua orang di dunia. Apa kamu tahu? Saat ini aku sedang berjuang untuk melupakanmu. Kamu enggak perlu datang kesini. Kalau Cuma ingin menambah rasa sakitku. Aku memang yang salah akan semua yang terjadi padaku, jadi kamu enggak usah menambahnya lagi!sekarang lebih baik kamu pergi saja, dan enggak usah bicara padaku lagi.”
Aku pergi duluan ke kamar. Untuk kesekian kalinya airmataku harus mengalir untuk hatiku yang tak kuat menahannya sendirian. Dan dari jendela aku melihat Avo jauh pergi dari rumahku. Aku tak menyangka dia bisa setega ini padaku.
Dua hari kemudian aku sudah berangkat ke kantor. Dan aku tidak percaya rasanya saat menerima surat pemecatan yang ada dimeja ruanganku. Dengan mengusap dada, aku membereskan barang-barangku. Lalu aku melangkah pergi dari ruangan yang 5 tahun sudah memberiku banyak pengalaman bekerja. Beberapa rekan kerjaku menyalamiku dan memberikan semangat untuku agar selalu kuat. Dari beberapa mereka akan membantuku untuk mencarikan pekerjaan bila ada lowongan dari biro lain. Aku senang mempunyai teman-teman yang masih tetap memperhatikanku. Saat aku sampai di lobbi, aku bertemu Avo. Dan sedikit sorot mata saja tak aku terima. Mungkin inilah akhir cintaku, cinta yang tak harus memiliki, cinta yang memberikan kekuatan, meski terkadang harus jatuh juga, dan temui pelepasan.
Lalu aku jalan keluar dari lobbi, rasanya beda dari biasanya meninggalkan kantor untuk istirahat pulang ke rumah. Mulai hari ini aku sudah tak akan bisa menginjakan kaki ku lagi, dan ini adalah langkah terakhirku ditempat ini. Dan saat menyeberang jalan , tanpa sadar tiba-tiba aku melayang. Rasanya seperti terbang bebas. Damai sekali , ternyata benar menjadi burung merpati putih itu sangat menyenangkan. Tapi kenapa kepalaku menjadi pusing.....dan sebelum aku menutup mataku, aku kaget mendengar teriakan Avo memanggilku. Tapi kenapa aku sudah tak bisa membuka mataku lagi. Ya Tuhan...aku serahkan diriku padaMu, Tuhan jaga diriku untuk selama-lamanya...aku ikhlaskan cintaku....aku hanya ingin melihat MR.NIGTHTbahagia.
The end,
Penulis : Ole Lia
Pesan : cinta adalah sesuatu yang sakral,cinta adalah penantian, meski cinta tak harus dimiliki, karena cinta ada untuk menjadi semangat setiap mereka yang merasakannya
@yasirliamriofficial
2 komentar:
Wow , keren bgt cerita.y .
Tapi, pada akhr.y apkh Avo memanggil.y krena sesuatu?
Atau mgkn karena Eveline kecelakaan?
Di balas yaa ,
aq penasaran bgt .
Thanks before :)
thanks ya
karena kecelakaan dan sesuatu.....
kalau penasaran tunggu lanjutannya ya/....cz ni sbnarnya masih berlanjut...hehehe
Posting Komentar