Oka's World By Dikki Iskhanrozi Khan, berikut adalah cerita menarik yang dikirimkan oleh Dikki, mari kita baca ceritanya...Terima kasih kepada dikki yang sudah mengirimkan ceritanya kepada cerita cinta. And kepada teman-teman semua jangan lupa berikan komentarnya setelah membaca ya heheh...
Chap 1: Crusader from Central Palace
"Aku harus selamatkan Lianos dari kehancuran"
"Hanya cara ini yang tersisa! Kembali ke masa lalu dan ubah sejarah kembali!"
"Kemasa 18 tahun yang lalu! Awal dari sebuah kehancuran!"
-----------------------------------------------------------------
Angin bertiup perlahan menggoyangkan kepala Oka yang saat itu sedang terjaga. Duduk sendiri menatap langit dengan santainya dan berangan-angan seperti biasanya, mengandaikan dirinya bisa terlahir kembali sebagai kebangsaan Nobilita. Bangsa manusia yang hidup sukses dan mewah, mendapatkan semua yang mereka inginkan, hidup enak dan tak perlu repot bekerja. Daripada nasibnya saat ini, hanya sebagai seorang prajurit bergaji rendahan yang bertugas menjaga perbatasan desa. Sungguh membuatnya kecewa.
Oka
Dari kejauhan tempatnya duduk, seseorang datang membawa sesuatu. Tampak besar dan berat. Semakin lama semakin mendekat, tanpa pikir panjang Oka langsung menghadang orang itu."Hai apa yang kau bawa??"
"Ini hanya persediaan makanan untuk saudara saya di desa." Jawab si Pria tua dan lusuh itu. Oka melewatkan si tua bangka itu seraya menatapnya curiga. Dengan langkah perlahan pria berjenggot putih itu maju melewati pos penjagaan.
Perlahan tapi pasti ia menghilang bak hilang ditelan kabut. Oka kembali menatap keluar tempat penjagaannya. Daerah luar desa hanyalah hamparan rumput hijau yang luas. Beberapa tempat ditumbuhi pohon yang cukup tinggi. Struktur tanahnya agak sedikit tidak rata.
Julian
"Oka! Cepatlah kemari!" Seseorang berteriak dari arah desa. Memanggil Oka dari kejauhan. Seorang pria berkumis tebal berdiri. Okapun menghampiri pria itu. Dengan langkah kaki cepat ia menuju tempat paman itu.
"Siap! Ada perlu apa pak kepala?" Tanya Oka serentak seraya memberikan hormatnya. Pria itu adalah sang kepala desa tempat Oka tinggal. Namanya Julian, pria paruh baya berumur 30 tahun.
"Aku bisa minta tolong padamu?"
"Tentu saja bisa pak kepala! Anda butuh bantuan apa?" Balas Oka dengan sopan.
"Bisa antarkan barang ini ke Desa sebelah, Desa Longtar. Dan berikan kepada Tuan Agus kepala desa di sana."
"Baik tuan!" Dengan cepat Oka mengangkat bungkusan yang memang tampak berat itu. Tertutup kain merah bercorak putih, ia ikatkan pada lehernya.
Okapun melangkah maju menuju desa sebelah. Desa Longtar hanya sekitar 1 KM dari desanya, Desa Prosperiti. Ia cukup melewati sebuah hutan kecil yang membatasi kedua desa tersebut. Hutan itu hanya dihuni oleh Monstrum-monstrum kecil yang tidak begitu menyulitkan. Sepanjang perjalanan di hutan, Oka bertemu dengan beberapa Limo (monstrum kecil berbentuk jelly) yang membuatnya harus sedikit bertarung.
Limo...
Sesampainya ia di Desa Longtar, Oka sesegera mungkin ke rumah si kepala Desa, Agus.
Agus
"Ahh... Akhirnya datang juga!" Sambut Agus dari balik meja ketika melihat Oka datang dengan bawaan beratnya itu.
"Aku sudah menunggunya sejak tadi. Maaf merepotkanmu! Sebelumnya, siapa namamu?"
"Maaf lancang, saya Oka prajurit penjaga desa Prosperiti."
"Ahh... Aku sering mendengar namamu dari Julian. Kau prajurit yang cukup setia dan bisa diandalkan katanya ." Agus tersenyum lebar sambil menepuk bahu Oka. "Bisakah bawakan karung itu ke lantai dasar. Ikuti saja aku."
"Tentu tuan, dengan senang hati." Oka kembali mengangkat bungkusan itu dan menggendongnya lagi. Agus memimpin jalan ke lantai dasar rumahnya. Ruangan itu penuh dengan kotak kayu yang entah apa isinya, dan juga beberapa properti yang tidak lagi digunakan.
"Coba kau buka bungkusan itu."Dibukalah perlahan ikatan bungkusan itu.
Tiba-tiba....Mencuat sebuah batu permata berwarna biru dari balik bungkusan itu! Batu itu melayang-layang di depan Oka."Hwaaaaaa......!! Benda apa ini!!" Oka melompat mundur dari tempatnya, ia terkejut melihat sebuah benda yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Itu adalah "Amoveo", amoveo adalah sebuah batu teleport. Benda ini dikembangkan oleh Central Palace Ruin dan menyebar luaskannya ke setiap desa."
Amaveo... Alat teleport antar desa...
"Setiap orang bisa menggunakan benda ini dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dengan syarat, memiliki Passveo Card dan juga pernah mengidentifikasikan kartunya di Amoveo yang akan dituju." Oka masih setengah bingung mendengar penjelasan Agus."Hahahaha...." Agus tertawa keras, ia merogoh saku celananya kemudian menunjukkan sebuah kartu pada Oka.
"Ini yang dinamakan Passveo Card. Sekarang akan kutunjukkan cara kerjanya." Agus menarik tangan Oka. Kemudian, ia menghampiri Amoveo dan memasukkan Passveo Cardnya ke dalam benda tersebut.
"Kemana tujuan anda?" Suara rintih seperti robot keluar dari dalam batu itu.
"Desa Prosperiti." Agus memjawab pertanyaan sang batu. Cahaya terang tiba-tiba keluar dari permata indah itu. Mengelilingi Agus dan Oka, semuanya putih cerah. Ruangan bawah tanah Aguspun lenyap dari pandangan. Dalam hitungan detik pemandangan di depan mata mereka berubah.
"Dimana ini!" Tanya Oka."Bukankah ini desamu? Kita telah melakukan perpindahan tempat. Menyenangkan bukan?" Tanya Agus. Mereka berada disebuah lapangan rumput yang biasanya digunakan desa Prosperiti sebagai tempat berkumpul dan merayakan sesuatu."Benar! Ini di Lapangan desa Prosperiti! Bagaimana bisa?"
"Aku tidak begitu mengerti bagaimana caranya Central Palace membuat alat ini, ataupun proses kerjanya. Tapi bila kau menginginkan passveo card untuk menggunakan alat ini, kau bisa memintanya di kepala desamu :)" Agus tersenyum, kemudian kembali mendekati sebuah batu permata yang sama persis dengan di ruang bawah tanahnya. Amoveo ternyata juga ada di Desa Prosperiti. Agus menghilang ditelan bumi cahaya. Entah ia pergi kemana. Oka hanya bisa melamun, memikirkan penjelasan panjang Agus tadi dan memahaminya.
"Sebaiknya aku melapor ke Kepala Desa, sekaligus meminta Passveo Cardku seperti kata Pak Agus tadi." Dengan wajah riang Oka menuju rumah kepala desa Julian. Tempatnya ada di utara lapangan desa. Berdiri megah dan terlihat paling menonjol daripada rumah warga desa lainnya. Tentu saja, karena Julian adalah orang terkaya di desa itu.
tok tok tok
"masuk pintunya tidak dikunci!" balas seseorang dari dalam rumah. Oka membuka pintu kayu rumah itu. dan melangkahkan kakinya ke dalam.
"Permisi pak kepala desa! Saya ingin melapor!"Julian datang dari balik samping kanan pintu masuk.
"Melaporkan apa?"
"Saya sudah mengantarkan barang yang anda pinta tadi kepada kepala desa Agus."
"Oh! Baguslah! Apa katanya?"
"Ia mnegucapkan terima kasih pada bapak."
"Hmm... Begitukah? Terima kasih kembali, dan terima kasih juga untukmu sudah mau membantuku." Julian mendekati Oka. "Ada yang lain?"
"Mmmm...." Oka berpikir sejanak. "Tuan, bisakah saya meminta passveo card saya?" Pinta Oka dipenuhi rasa keraguan. Ia takut Julian berpikir, bahwa dirinya sedikit lancang.
"OOhhh.." Sentak Julian "Kau sudah tahu barang yang kukirimkan rupanya. Apakah Agus yang memberitahunya padamu Oka?"
"Yap Tuan. Bahkan ia mengantar saya kembali ke desa dengan Amaveo itu!" Tukas Oka kegirangan.
"Baiklah. Tunggu disini sejenak. Akan kuambilkan Passveo Card untukmu." Oka memandang sekeliling ruangan itu. Indah, kata yang mungkin ada dipikirannya. Banyak lukisan cantik menghias ruangan itu. Tampak vas bercorak biru dengan bunga Yulomi didalamnya berdiri tegak diatas sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Taklama Julian muncul kembali dari arah yang sama ketika ia pergi meninggalkan Oka. Ia membawa sebuah kotak merah di tangannya, "Bisakah aku meminta tolong lagi padamu?"
"Tentu tuan! Saya bekerja untuk anda, anda takperlu memohon seperti itu untuk memberikan perintah atau tugas pada saya."
"Begitukah? Baiklah, tolong kirimkan passveo card ini kepada semua penduduk desa termasuk milik kau dan ibumu, bisakah?"
"Baiklah tuan, akan saya kirimkan" Oka menerima kotak merah itu. Sejenak ia membukanya untuk memeriksa isi di dalamnya. "Maaf tuan saya permisi dahulu."
"Ya silahkan, terima kasih sudah banyak membantu"
"Sama-sama tuan." Oka keluar dari rumah Julian. Ia memandang ke segala arah dan mulai berpikir.
"Darimana aku akan mulai??"
"Oka!!" Teriak seseorang dari samping. Ia melambaikan tangan pada Oka.
"Hai!" Balas Oka pada orang itu.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Enni
"Sedang apa kau di rumah pak Kepala Desa?" Enni, seorang gadis pemilik peternakan yang ada di desa Prosperiti. Ia dibesarkan sendiri oleh kakeknya. Umurnya masih 19 tahun tapi ia sudah mengelola sebuah peternakan desa itu. Penduduk desa sangat mengandalkan dirinya. Karena hanya dirinya yang bisa membantu menunjang dana kebutuhan desa ataupun menyediakan sumber pangan desa.
"Aku mendapat tugas dari kepala desa."
"Hmmm... Tugas seperti apa?" Tanya Enni.
"Aku diminta mengantarkan Passveo Card kepada setiap penduduk." Oka membuka kotak merah itu. Ia mencari kartu milik Enni. "Ini milikmu. Kartu ini digunakan untuk fasilitas Amoveo."
"Ahhh.. Aku tahu! Amoveo, alat teleportasi itu bukan? Terima kasih banyak" Enni tersenyum lebar. "Apa kau butuh bantuan?"
"Tidak, ini hanya tugas kecil. Akan kukerjakan sendiri."
"Baguslah, kalau begitu aku pergi dulu ke dapur desa, hari ini aku belum makan siang." Enni meinggalkan Oka sambil menggenggam kartu miliknya.
Oka-pun berangkat mengantarkan kartu-kartu itu ke seluruh penduduk desa. Beberapa dari mereka masih belum tahu kegunaan kartu itu, atau apa yang disebut Amoveo, tapi beberapa sudah tahu.
"Akhirnya selesai sudah." Oka terduduk lemas di pos jaganya. Sepertinya cukup melelahkan mengantarkan kartu-kartu itu kepada para penduduk. Apalagi dalam cuaca sepanas hari itu. Musim panas tahun ini memang sangat berbeda dengan tahun yang lalu, kadang suhu sangat tinggi melewati angka batas kenormalan. Adapula warga yang menemukan beberapa ekor binatang kecil seperti merpati yang mati hangus terbakar.
"Hwaaaahh....." Oka menguap keras. Rasa lelah di tubuhnya memaksa dirinya untuk tidur.
"Aku ngantuk sekali, mungkin aku bisa istirahat sejenak." Okapun tertidur pulas di posnya. --------------------------------------------------
Sementara itu, di desa Longtar terjadi sesuatu....
"Hwaaaaa!!!!" Seseorang berlari dengan tangan berdarah.
"Apa yang kau lakukan!! Kenapa kau menyerangku...!!" Orang itu terjatuh. Ia berhadapan dengan seseorang. Orang tersebut tampak sangat guram, matanya memerah, dan kelihatan sedang menggila. Seperti dikendalikan oleh sesuatu.
"Heii..!! Ada apa denganmu!!"
"Gwaaarrrrr!!!!!" Orang itu menyerang kawannya sendiri, menggerogoti tubuhnya dengan giginya.
"Hwaaaaaa!!!"
Ternyata keadaan desa itu berubah. Banyak penduduk yang berubah menjadi sangat mengerikan, entah apa yang terjadi. Mereka saling menyerang dan membunuh!
"Sial ada apa ini!! Apa yang terjadi di desaku!" Agus menatap seisi desanya dari balik kaca rumah. Ia gusar dan bingung. Ia tak mengerti dan bahkan tak percaya apa yang sedang ia lihat dengan mata kepalanya saat itu.
"Aku harus segera kabur sebelum aku menjadi seperti mereka!"
Ckilk!
Pintu kamarnya terbuka. Seseorang berdiri di sana.
"Sayang sebaiknya kita segera pergi dari desa ini. Penduduk di sini sudah benar-benar menjadi gila!"Istrinya hanya diam tak bergeming di depan pintu. Kepalanya menunduk seakan menyembunyikan sesuatu.
"Sayang? Apa kau mendengarku?" Agus mendekati istrinya dengan langkah perlahan.
"Sayang?"
Agus Wife (Cynthia)
"Gwaaarrrr!!!!!" Istrinya berteriak kencang. Kepalanya mendongak, menampakkan wajah dirinya sudah menggila pula seperti penduduk lainnya.
"Sial!" Agus berlari ke sudut ruangan. "Bagaimana ini bisa terjadi!!" Istrinya tampak beringas seperti hewan buas yang kelaparan. Bahkan air liurnya menetes dari mulutnya.
Dalam hitungan detik, tiba-tiba Agus diserang. Sang Istri melompat, bak menyerang mangsa.
"Hwaaaa...." Agus berteriak keras ketika sang Istri menjatuhkannya ke lantai. Entah darimana kekuatan sang Istri bertambah hingga bisa menjatuhkan Agus. "Sial..!!" Agus mengambil sekop yang ada di bawah lemari pakaiannya. Ia pukulkan sekop itu pada istrinya.
Buk! Buk! Buk! Srak!
Sang istri terkapar lemas di samping tubuh Agus. Punggung dan kepalanya berdarah. Begitupula dengan Agus, tangannya berdarah akibat gigitan istrinya sendiri.
"Sial.!! Apa yang kulakukan!! Aku melukai Istriku sendiri..!!" Air matanya mengalir, mengingat masa-masa dulu bersama sang Istri. Ia berusaha kembali duduk.
Tak!Tak!Tak!
Seseorang datang. Langkahnya terdengar pelan. "Siapa disana!! Jawab!" Agus berteriak dengan nafas masih tersengal-sengal.
Orang itu akhirnya sampai di ujung kamar Agus. "Sinta! Itukah kau?" Agus berdiri mencoba menghampiri putri semata wayangnya.
Shinta, Agus Daughter
"Ayah!" Shinta berlari menuju pelukan ayahnya.
"Apa kau tidak apa-apa sayang?" Agus memeluk putrinya erat.
"Apa yang terjadi di sini ayah.?"
"Ayah juga tidak tahu, tapi sebaiknya kita lari dari sini." Shinta memperhatikan ibunya yang terkapar tak berdaya.
"Apa yang terjadi pada ibu ayah?"
"Hm...." Agus berpikir sejenak, bingung hendak berkata apa pada putrinya. "Ibumu sedang beristirahat sayang, ia sangat lelah." Agus terpaksa berbohong pada putrinya. Air matanya kembali menetes sambil memeluk erat putrinya.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Selatan Hutan Crample
Ketuplak.. ketuplak.. ketuplak..
Suara kuda berlari menerjang terdengar dari arah padang rumput. Seseorang menunggangi kudanya. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat membasahi tubuhnya. Ia tampak dikejar sesuatu yang mengerikan. "Aku harus sebarkan berita ini!" Desahnya.
Angin bertiup kencang. Membuat jubahnya melayang mengibas rerumputan. Helaian daun terbang, terpotong injakan kaki kuda sang ksatria. Pepohonan melambai-lambai seakan memberi salam padanya.
"Betul-betul keadaan darurat!!"
Ia sampai di perbatasan desa Prosperiti. "Dimana penjaga desa ini?" Pria besar itu turun dari kudanya. Rambutnya yang ungu melambai ditiup angin. Ia melangkah perlahan mencari tanda-tanda kehidupan.
"Adakah orang disini??" Hanya kicauan burung dan desisan angin yang menjawabnya. Ia melangkah masuk ke dalam pos penjaga. Di pandangnya setiap sudut ruangan."Wah! Itu dia penjaganya." Oka tertidur pulas di ranjang kecil pos itu. Ia tampak sangat kelelahan.
"Hey penjaga!!" Pria itu berteriak membangunkan Oka. Oka tak bergeming. "Hey bangun!! Ada berita penting!!"
"Hwaaaaaa!!!" Oka terjatuh dari ranjangnya. "Sial! Siapa yang berteriak-teriak di telingaku!"
"Aku!! Apa yang kau lakukan? Bukankah kau penjaga di sini?"
"Kau siapa?" Oka berdiri merapikan pakaiannya. "Mengganggu istirahatku."
"Aku Crusader dari Central Palace!!"
"Apaa!!!" Oka terkejut sekali. Dia segera memasang posisi siapnya. Membusungkan dada dan segera memberi hormat.
"Maaf tuan!! Saya tidak tahu!! Tidak ada kabar kalau akan ada Crusader dari Central Palaca yang akan datang ke desa kami." Oka menunduk meminta maaf.
Wajah sang Crusader tampak guram melihat tingkah kikuk Oka. Ia menggelengkan kepalanya. Mana ada prajurit seperti ini di Central Palace? Pikirnya dalam hati.
Crusader adalah Ksatria tingkat dua dari Kerajaan. Ia mempunyai hak kekuasaan atas suatu desa di Negara Ruin. Para Crusader dipilih dari kemampuannya saat ada di pelatihan, namun ada pula yang dipilih karena merupakan keturunan asli Rune Crusader, Crusader legenda dari Central Palace.
"Aku dikirim kemari untuk memberikan pengumuman penting dari Central Palace untuk desa kalian." Ia mengeluarkan suatu gulungan kertas dari tasnya. "Sebelumnya, perkenalkan namaku Crusader Ray dari North Central Palace. Aku pemilik kekuasaan penuh desa Prosperiti."
Crusader Ray
Oka hanya membisu. Nyalinya menciut bahwa pria yang ada di depannya adalah penguasa penuh desa. Atasan tuan Julian, itu yang ada dipikirnya saat ini. "Maaf tuan kalau sebelumnya saya bersikap lancang."
"Lupakan saja. Sekarang aku pinta kau antar aku ke rumah Julian. Surat ini harus aku berikan langsung padanya."
"Siap laksanakan!!" Oka memberi hormat dengan tegas.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.
Ray menarik tali kekang kudanya mengikuti langkah Oka menuju rumah Julian. Langkah mereka beriringan seperti suara gendang yang dipukul perlahan. Terik panas matahari membuat mereka semakin berkeringat. Penduduk desa pun mulai memperhatikan Sang Crusader dengan pakaian mencoloknya. Mulai membicarakan hal-hal kecil antar telinga.
"Dimana letak rumah Julian?" Tanya Ray. Ia mulai risau di perhatikan para penduduk layaknya seorang penjahat.
"Rumahnya ada di sana. Tampak paling megah dari rumah yang lain."
"Kenapa tak kau katakan saja di Pos, aku bisa mencarinya sendiri."
"Maaf tuan. Saya hanya melaksanakan apa yang tuan perintahkan."
"Ya sudahlah." Mereka sampai di depan rumah Julian. Belum sempat mereka masuk seseorang sudah berlari keluar dari dalam rumah.
"Tuan Ray!! Selamat datang. Kenapa anda tidak memberi informasi bila akan datang." Celetus Julian yang terkejut setengah mati melihat atasannya sudah berdiri tegak di depan rumahnya."Kami bisa membuat penyambutan besar untuk anda."
"Maaf kalau saya tidak memberi kabar pada Anda sebelumnya, saya kemari karena ada berita penting dari Central Palace yang harus diterima setiap desa di Negara Ruin, dan berita ini berita yang baru pagi ini kami dapat jadi sangat mendesak." Ray menjelaskan, wajahnya tampak bingung dan galau.
"Sebaiknya kita bicarakan di dalam saja Tuan Ray."
"Baiklah." Ray menghadap Oka. "Bisakah kau ikatkan kudaku di suatu tempat dan tolong jaga kuda ini."
"Siap tuan!!" Oka menerima tali kekan kuda Ray dan membawanya pergi. Ditariknya kuda besar itu menjauh dari rumah Julian. Sedangkan Julian dan Ray masuk ke dalam, membicarakan sesuatu yang tampaknya sangat penting.
"Sial sekali hari ini!" Celetuh Oka. Ia sudah sampai di lapangan utama desa. Ia ikatkan kuda Ray di sebuah pohon sedangkan dirinya hanya duduk diam menunggu di sampingnya. "Baru kali ini aku mendapat tugas sebanyak ini."
Sementara, di Utara desa Prosperiti.
"Hwaaaaaahhhhh........." Oka kembali menguap keras. Matanya terkantuk-kantuk, seluruh rasa lelah ditubuhnya kembali memaksanya untuk beristirahat. "Betul-betul hari yang melelahkan....." Ia kembali tertidur, ditemani hembusan angin dan ringkikan kuda Ray.
"Hwwwaaaaaaa..... !!!!" Seseorang berteriak berlari ke segala arah. "Apa yang kau lakukan!!!" Ia meneriaki seseorang di depannya.
"Grrrwaaaarrrr....!!!" Pria itu melompat menerjang, ia menggerogoti mangsanya.
"Hwaaaaaaa....!!!! Aaaaaarrrrrgggghhhhh!!!!" Dengan teriakan akhir korban, darah keluar mengalir deras. Tangan kanannya tercabik-cabik.
Sang pemangsa kemudian berjalan ke arah pusat desa. Di sana ia mulai menyerang para penduduk. Digigitnya setiap orang yang ada di hadapannya, tak terkecuali anak kecil. Dalam hitungan detik para korban entah bagaiman bisa bangkit kembali. Mereka berjalan tak tentu arah mengitari desa.
"Sial!!! Sepertinya aku terlambat datang!! Virus itu sudah sampai di sini!" Ray dan Julian menatap keluar rumah, melihat keadaan yang mengerikan itu. Darah dimana-mana. Bahkan ada pula bagian tubuh seperti tangan dan potongan jari yang berceceran di sana.
"Ada apa ini Tuan!! Apa yang terjadi!!" Julian kebingungan. Pikirannya kacau. Ia bingung memikirkan perubahan besar di desanya. Tiba-tiba saja semua penduduk desanya mengamuk dan saling serang."Apa ini efek penyakit yang anda ceritakan tadi??"
"Ya. Saya sudah melihat yang lebih parah lagi di desa lain"
"Mengerikan!! Saya tak habis pikir, bisa sampai seperti ini!! Sebaiknya kita segera ungsikan penduduk lain yang mungkin masih selamat!!" Julian mengusulkan. Ray hanya diam termenung, ia bingung harus bertindak bagaimana.
"Ya sudah! Di desa ini sudah terdapat Amoveo kan?"
"Sudah tuan Ray! Amoveo desa ada di lapangan utama desa."
"Bawa semua penduduk kesana, dan ungsikan menuju desa lain."
"Baik tuan!" Julian dengan cepat pergi. Ia segera mengumpulkan semua penduduk di rumahnya. Kemudian menceritakan keadaan desa saat ini. Semua orang ketakutan setelah mendengar cerita desa. Bahkan ada pula yang panik hingga berteriak-teriak.
"Semua harap tenang!! Sekarang mari kita segera mengungsi dari desa ini!!"
=Bersambung=
Pesan Tulisan : Cerita di perbaharui seminggu sekali
Penulis,
Nama Kamu : Dikki Iskhanrozi Khan
Email Kamu : dikkiiskhan@yahoo.com
Email Facebook : dikkiiskhan@yahoo.com
Tempat Tinggal : Semarang
@yasirliamriofficial
1 komentar:
Bagus-bagus... Ditunggu lanjutannya
:D
Posting Komentar