Cerpen kali ini berjudul Dia itu sahabatku. Masih sekitar cinta juga, cerpen ini bercerita tentang kisah kehidupan seorang (nama dan kisah yang ada di dalam cerita ini hanya karangan belaka).
Langsung aja yuk baca cerpen cinta yang berjudul Dia itu sahabatku...
Seminggu yang lalu ada seorang lelaki yang sedang berjalan sendiri melangkahkan kakinya di hamparan jalan yang berdebu. Terlihat di matanya setetes air mata yang berlinang dan seakan akan jatuh ke bumi, entah apa yang sedang dipikirkannya. Tak ada satu katapun diucapkannya, ia hanya berjalan dan berjalan tanpa suatu kepastian.
Aku lalu mendekati lelaki itu dengan penuh rasa ingin tahu. Aku bertanya padanya kenapa ia mengangis dan berjalan dengan lamun pikirannya. Tapi ia tak menjawab, aku lalu bertanya lagi dengan nada yang sedikit memaksa.
Ia hanya diam menatap ku, mungkin ia terkejut melihat seorang yang tak ia kenal bertanya kepadanya. Tapi aku tak peduli karena aku seakan mengerti apa yang dirasakannya. Perlahan ia bangkit dari diamnya dan berkata "aku...aku kini mengerti...".
Aku semakin bingung apa maksudnya, aku kemudian melihat dirinya yang seakan ingin berlari ke tengah jalan yang sedang ramai. Tanpa pikir panjang aku mengejarnya dan meraih tangannya, kutarik tangan itu dengan segenap kekuatan yang kumiliki.
Tapi ia kemudian marah dan kesal dengan apa yang telah kulakukan, seakan ia tak ingin aku menyelamatkan dirinya dari maut yang sudah mengincarnya. "Apa kamu sudah gila!!!", kataku padanya sambil berteriak. Ia lalu terduduk, diam dan diam...
Matanya menatap ke arah langit yang sedang meredup, perlahan ia lalu bercerita dan berkata kepada diriku. "Aku dulu adalah seorang yang bahagia", katanya. Kemudian ia melanjutkan ceritanya kepadaku.
Aku sangat bahagia dengan apa yang kumiliki, tak ada seorangpun yang bisa merebut senyum yang selalu terpancar di wajahku. Walaupun aku tak memiliki seorang pacar tapi aku tetap merasa senang karena aku merasa memiliki seorang teman yang selalu menemani hari-hariku. Temanku itu sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri.
Hari itu kami jalan ke sebuah mal di kota tempat kami tinggal, aku melihat seorang cewek yang menarik bagiku. Temanku lalu menyuruh aku untuk berkenalan dengan dia. Awalnya aku malu, tapi setelah sahabatku memaksa dan terus memaksa, akhirnya aku memberikan diri untuk berkenalan.
Tapi cewek itu seakan tak menganggap diriku, ia hanya cuek dan terus berjalan tak menanggapiku. Aku pun kembali ke tempat temanku sambil sedikit tersenyum dan berkata "udah biasa sob, mana ada cewek yang amu ama gua, hahaaha...". Temanku lalu tersenyum kepadaku, o ya nama teman ku itu adalah tia. Ya sahabatku itu adalah seoarang wanita, yang selalu setia mendengar keluh kesah yang kurasakan.
Beberapa hari dari kejadian itu, seakan tia selalu ingin mencarikan seorang pacar untuk aku, tapi tetap saja semua cewek yang ia kenalkan kepada ku selalu menolak saat akan berkenalan dengan aku. Mungkin karena wajahku yang jelek dan pas-pasan.
Namun aku tetap merasa senang karena aku masih memiliki seorang sahabat seperti tia, seorang sahabat yang cantik, baik, dan perhatian. Tapi walaupun demikian tak pernah terlintas di otakku ingin memiliki dia sebagai pacar. Dan aku tahu aku tak pantas untuk menjadi cowoknya karena aku tak layak untuk dirinya.
Semakin lama aku menemani dia, semakin besar rasa yang kurasakan, entah apa itu. Aku merasa bila dia tak ada disampingku, aku merasa sepi dan gundah, apa aku jatuh cinta kepadanya?. Tapi ia seakan tak menyadari apa yang kurasakan dan terus menjodohkan aku dengan teman-teman ceweknya, aku hanya tersenyum ketika melihatnya menatap mataku.
Hari itu aku sedang memetik gitar dengan alunan nada yang indah, tiba-tiba handphone ku berdering dengan kerasnya, ketika kujawab ternyata dari sahabatku tia. Aku sangat senang menerima telephone darinya. Tapi ketika kujawab, kudengar suaranya serak seakan sedang menangis. Aku lalu bertanya kepadanya, dia hanya menjawab dengan sebuah kalimat "aku akan pergi...".
Aku bingung, aku lalu mengambil kunci mobilku dan bergegas menuju rumahnya, Ketika aku tiba di rumahnya, aku tak melihat mobilnya disana. Aku lalu mengetuk pintu rumahnya, dan hanya seorang penjaga rumah yang menyambut kedatanganku. Ia lalu mengatakan padaku bahwa tia dan papanya barusan berangkat ke bandara karena akan pindah ke luar negeri.
Tanpa pikir lagi, aku menuju ke bandara walaupun aku tak tahu ia akan kemana dan naik pesawat apa. Setiba disana aku kemudian berlari menuju pintu keberangkatan, dari kejauhan mataku menatap sosok tia yang sedang berdiri diam dan menunggu di depan pintu keberangkatan.
Kulangkahkan kakiku, kuberlari dan kuberteriak memanggil namanya. Tia!!!...aku yakin dia mendengar suaraku, ketika aku sampai di depan pintu keberangkatan, aku tak melihat sahabatku itu. Aku terus mencari dengan air mata yang berlinang di mataku, tapi tetap tak kutemui. Aku terus berteriak dan berteriak, Tia!!!...Tia!!!...
Tak ada yang menjawab, hanya orang-orang yang menatap diriku dan berpikir bahwa aku sudah gila!. Aku terduduk di lantai yang dingin itu, tak kusadari air mata mengalir dari pipiku jatuh ke bumi seakan terbang bersayap.
Tapi dalam tangisku itu aku terus memanggil nama tia dan perlahan berkata "aku cinta kamu tia, aku cinta kamu...". Baru kusadari bahwa cinta yang telah lama kucari selama ini ternyata selalu ada di dekatku, tapi aku tak pernah menyadarinya hingga ia pergi meninggalkanku.
Sampai saat ini aku ga pernah lagi ketemu dengan sahabatku itu, itulah yang membuat aku merasa sedih seperti sekarang ini. Walaupun waktu sudah berjalan hampir satu tahun semenjak dia pergi dari hari-hariku tapi aku ga pernah melupakan dia. Senyumnya, tawanya dan candanya selalu terbayang di ingatanku.
Mendengar cerita dari laki-laki ini, aku terdiam
@yasirliamriofficial
0 komentar:
Posting Komentar