Ingin cerita, kisah atau tulisan kamu tampil pada blog ini?...mari kita berbagi dengan yang lainnya. Biar semua orang membaca karya kamu...
Tulisan dapat berupa :
-Cerita cinta
-Cerpen
-Cerita fiksi
-Cerita lucu
-Puisi
-Pengalaman menarik
-Kata bijak
-Kata mutiara
-Kisah nyata
-Tips cinta
-Tips kehehatan
-Tips lainnya
-Dan lainnya
untuk mengirim tulisan kamu, kirim ke arie.ajha@gmail.com...atau tulis tulisan kamu pada komentar di bawah ini saja...tulisan kamu akan dipublikasikan secepatnya.
Trim's...
Salam Cerita cinta...
@yasirliamriofficial
28 komentar:
ukey akan saya tulis sesuai dg kepribadian saya wekekekke
Cinta Fitri Kasih tak sampai
ikutan ngevote ya Teh Ipiet..saia Vote Cebong Ipiet :)
Saya Ikutan, Tapi Ceritanya Nanti ....
Ikutan ah..
Cinta oh cinta, hehe..
.......Jika ada hal yang kutakutkan, barangkali itu adalah sebuah kehilangan….
(Kebohongan, candaan. Mungkin ini yang mengawali kisah percintaanku dengannya. Gadis kecil yang diselimuti nada-nada di sekelilingnya)
Ketulusan Cinta Yang Teruji Ikutan juga Mas Arie
Ketulusan Cinta Yang Teruji "Boni Jatuh Cinta kepada Sarah dan akhirnya menikah tetapi akhirnya ketulusan cintanya teruji setelah tahu siapa Sarah sebenarnya ??? -SUDAH ZIE POSTING MAS
Merefleksikan makna dari cinta, i like it........
saya vote mbak Riema Ziezie..."Ketlusan Cinta Yang Teruji...."
saya vote mbak Riema Ziezie..."Ketlusan Cinta Yang Teruji...." he he he.......
Pacarku NgantukkanNama Cowokku Fajar... orangnya sangat serius jika mengerjakkan sesuatu, tapi ternyata ada sisi lain yang membuatku kesal.... dia sering tertidur kalau ngobrol denganku... aku ingin merubahnya... apa cara ini berhasil ya....
aku jg mau ikutan nich.... silakan dilihat...
Gadi Manis itu NAYkisah pengalaman cintaku dan orang yang masih kucari sampai kini....
mo ikutan akh....
silahkan jovie :)
LASTI TSANIAH
Cerpen :Khofif Ilal Mustaqiem
Letih di badan belum terobati, setelah seharian aku harus mengajar di salah satu pesantren di desaku. Pesantren tempat aku belajar dulu, yang mengenalkanku pada pentingnya hakikat kehidupan. Sekaligus tempat yang Allah pilih untuk mempertemukanku dengan dambaan hatiku, meskipun tak banyak yang tahu hal ini. Aku harus kembali berpeluh keringat berjalan kaki untuk sampai di rumah. Setapak demi setapak aku kurangi jarak dengan rumah yang kutuju. Rumah yang memberikanku perilindungan sejak lahir, yang menjaga segala kemurnian dan kesucianku sebagai seorang wanita dengan berhijab. Tempat aku dibesarkan menjadi wanita shaleha dengan siraman kasih sayang yang adil, oleh kedua orang tua yang sangat kucintai.
Semakin jauh aku melangkah semakin dekat dengan kerinduan, setiap lelah yang mendera di raga segeralah hilang ketika bibir tipisku mencium tangan ibunda, pelukan mesranya yang menyejukan jiwa menjadi energi ruhiah. Sengatan mentari sore semakin tak tarasa dilubang pori-pori, terkalahkan semangat rindu berkumpul untuk berbagi sukacita bersama keluarga. Aku semakin ingin segara sampai dirumah, aku tak sabar ingin menyajikan penggalan-penggalan kisah di pondok pada ibu, tak lupa cerita perkembangan dambaan hatiku. Pelataran rumah mulai terlihat, terhampar menghijau dari kejauhan, agak terhalangan dua orang berbadan tegap dan berpakain rapih.
“Siapa mereka ini? Kenapa menjaga rumahku”
“Mana mukin bapak menyewa penjaga rumah.” ini kejadian yang tak pernah kualami sebelumnya.
“Assalamu’alaikum!” ku ucap salam, sambil membuka pintu.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokaatuhu!! jawaban salam yang terdengar agak riuh.
“Emhh ada apa yaa? Tumben pada kumpul dirumah.” pikiranku bertanya-tanya.
Biasanya haya ibunda tercintaku yang menjawab salam dengan penuh kasih sayang, ketulusan dan pengorbanannya bagai air di padang sahara. Bapak yang biasanya duduk-duduk santai di aula mesjid, untuk membantu warga yang mencari solusi permasalah hidup mereka, maklum bapak seorang ustadz bertitel S.Psi.
Meski belum bisa melihat secara pasti situasi dirumah, namun suara riuh yang menyelinap dari ruang tamu menandakan bapak sedang ada tamu. Kursi tempat ibu bersandar saat menyulam kini terlihat kosong. Mataku mulai mengintai kearah ruang tamu, mencari sosok yang paling kurindu. Bapak dan ibu terlihat duduk berdampingan menghadap beberapa sosok yang tidak pernah kukenal, laki-laki yang sudah tak muda lagi memakai jas lengkap dengan kopiah hitam, sementara satu sosok laki-laki berkulit gelap dan berperawakan kecil duduk dilain sisi dengan kawalan aparat berpakaian safari di dekat pintu.
Aku tak berani mengangkat seujung kuku pun pandanganku, kearah mereka.
“Bu, Asti mau ke kamar dulu” seruku.
Sebagai tanda aku, ingin segera bercengkrama bersama ibu.
*****
Hatiku terasa tak nyaman dan terus menduga-duga kehadiran tamu petang ini. Bapak yang jadi sedikit lebih diam menambah rasa penasaranku. Aku takut bapak kembali berurusan dengan aparat, hanya karena meteri da’wah yang dipandang extrim oleh pemerintah. Apalagi kudengar situasi perpolitikan negeri ini sedang tidak kondusif, akibat pengaruh tekanan dari pihak asing yang selalu memojokan Islam dengan paradigma yang buruk. Cukuplah Kak Azhar yang bermasalah dengan hukum, hanya karena buku yang ia tulis membeberkan kebobrokan dan lemahnya hukum di negri ini. Sampai dambaan hatiku itu tidak bisa sekolah di negeri sendiri, tak ada universitas yang mau menerimanya. Itulah yang membuat aku harus jauh darinya dan menunda membicarakan kepada bapak rencana pernikahanku, karena Kak Azhar harus kuliah dinegri rantau nun jauh disebrang sana.
“Kak Azhar kapan pulang? Adik pun tak tahu bagaimana keadaan Kakak kini?” lamunan lirih yang merindu, tangan lunglai mengapai sepucuk surat untuk kubaca.
Bismillahi rahmani rahimi
Asslaamualiakum warahmatullahi wabarokaatuhu.
Untukmu yang berparas cantik berhati mulia, Lasti Tsaniyah…!
Lama tak pulang bukan berarti tak merindu, hanya saja Allah menjadikan kita terjaga oleh keharamannya pada masing-masing diri. Doa yang Kakak panjatkan, moga selalu ada dalam kenyataan. Segera tiba hari saat kita terikat, oleh jalinan suci ridha ilahi.
Yaa rabb…
Aku titipkan ia pada-Mu, hanya engkaulah pemegang jalan kehidupan insan.
Yaa Rabb…
Jagalah ia disetiap derap langkahnya, seperti aku menjaga diriku dari perbuatan maksiat kepadaMu.
Wahai Engkau pemilik arsy…
Tak ada daya pada hambamu ini, hamba memohon dengan segala kehinaan. Jadikanlah ia pengisi tulang rusuk ini, yang memberikan ketenangan sedalam kalbu, pengingat disaat hamba khilaf, menjadi penguat saat hamba menerjang kawat-kawat berduri dalam kehidupan yang fana, serta peneguh hati saat syetan-syetan menari menggoncang keimanan.
Yaa rahman…
Hanya kepadamu kami memohon dan hanya kepadamu kami menghambakan diri.
Dik, engkau memang tiada duanya, satu arti dengan namamu…
Dik Asti, Alhamdulillah Kakak disini sehat wal a’fiat. Semoga Adik pun selalu dalam naungan dan penjagaan Allah.
Sabarlah menanti Dik. Insya Allah, Kakak akan segera pulang setelah menyelesaikan semester terakahir ini. Semoga Allah ridha pada kita, kakak titip salam untuk keluarga,
Dan tetaplah dalam jalur yang haqq…
Alhamdulillah
Wassalam mu’alakum warahmatulahi wabarakaatuhu
Kak Azhar Mubina
“Asti, kamu belum tidur?” suara ibu membuyarkan lamunanku.
Segera ku sembunyikan surat itu dibalik bantal, dengan sigap pula tangan menyeka air mata. Ibu yang turut mengikuti tiap bait perkembangan hubunganku dengan Kak Azhar, sangat kuharapkan pandangan bijaknya untuk menuntun kearah yang lebih jauh. Empat bulan lagi Kak Azhar pulang, ia pasti segera memenunaikan janjinya untuk meminangku. Hari yang sekian lama dinanti kedatangannya, yang selalu diharapkan kejadian bersejarah itu, saat aku telah menjadi halal untuk Kak Azhar. Jadi tak perlu repot-repot pergi ke kantor pos saat ada yang harus dibicarakan. Namun saat ini aku tak ingin menambah permasalahan yang sedang ibu hadapi, terlihat dari pandangan ibu yang agak kelu, terlihat menerawang saat menatapku. Perasaan ibu, pastilah jauh lebih cemas dari pada hatiku. Tatapannya tidak seperti sedialakala, sehingga ku urungkan niat untuk bercerita.
“Tabah ya bu, beginalah nasib istri seorang da’i.” gumam hati ini.
Ibu terlihat terus memandangku dari pintu kamar, berjalan perlahan menepi di sudut kamar. Ku gapai tangan yang meninabobokan aku dalam ketenangan, ku peluk erat ibu yang mulai berderai air matanya. Isak tangis yang ia tahan masih mampu untuk kudengar, aku semakin tenggelam dalam pelukan mesranya.
“Yang tabah Nak!” elusan tangan ibu terasa lembut di kepalaku.
“InsayaAllah, kita akan selalu diberikan kekuatan jika kita sabar menghadapinya Bu.” ku coba menenangakan hati ibu.
“Bapak kemana Bu?”
“Bapak pergi bersama tamu-tamu tadi.” jawaban yang kukhawatirkan terdengar menusuk.
Batin ini menjerit cemas dengan keadaan bapak, namun aku harus menjadi penghibur dalam tatapan pilu ibu. Aku tak ingin persaan ibu terus tersiksa dalam kecemasan, aku pun merasakan tak jauh yang sedang ibu alami. Apalagi jika kubayangkan itu terjadi pada Kak Azhar, saat aku telah menjadi istrinya yang sah kelak.
“Ibu jangan terlalu mencemaskan bapak, bapak akan baik-baik saja Bu.” maksud hati untuk menambah keteguhan ibu.
“Bapak juga orang mengerti hukum.” lanjutku.
“Bukan bapakmu yang sedang ibu risaukan, Nak.”
“Ibu sedang bingung memikirkan nasibmu, Nak.” sepontan kata-kata ibu menepis.
Jawaban ibu membuatku heran bertanya-tanya, apa yang terjadi sebenarnya, dan apa yang sedang ibu pikirkan sehingga membuatnya risau. Saat bapak dibawa pergi aparat, hati ibu merisaukan nasibku. Sebab aku sangat tahu sifat ibu, ia tak mungkin berucap sembarang kata yang tak bermakna, tiap bait yang terdengar memiliki arti penuntun jiwa.
“Ibu tak tahu harus mulai dari mana, Nak?” suara ibu mulai terdengar menguat.
“Memangnya ada apa, Bu?”
“Asti tak mengerti dengan yang ibu maksud.”
“Tolong ibu jelaskan.” bertubi-tubi aku menbalas pertanyaan ibu yang singkat.
“Bagaimana kabar Azhar?” suara ibu yang semakin terdengar tegar.
“Alhamdulillah khair, Bu.”
“Bulan kemarin Kak Azhar berkirim surat.” Tanganku meraba-raba dibalik bantal.
Kuberikan surat yang sempat kusembunyikan, agar ibu mengetahui kedaan yang sesungguhnya. Aku lihat ibu membacanya dengan tatapan getir, pupil matanya mengecil diujung kelopak, dahinya pun mengerut, deru napasnya terdengar panjang dan melambat, seiring dengan terlewatkannya tiap-tiap paragraf. Tak pernah aku melihat ekspresi ibu yang seperti ini saat membaca surat Kak Azhar.
“Subhanallah!” dengan kalimat tasbih ibu mengomentari surat itu.
Namun aku tak melihat pancaran rona kebahagian dimata ibu, ibu masih saja berwajah kelu.
“Semoga Allah merahmati Azhar, dan menabahkanmu Nak!” doa ibu memberikan kebahagian dihati yang penuh harapan ini.
“Asti, kamu juga yang tabah ya Nak!” ibu menatapku dalam-dalam, seolah menyembunyikan sesuatu.
“ Sebaiknya mulai sekarang, kamu lupakan Azhar!” kata-kata rendah ibu memekakan telinga.
“Apa, Bu?” sepontan aku terkaget tak percaya dengan kata-kata ibu.
“mungkin Azhar bukanlah jodohmu”
“Asti, jika bapakmu tahu ia pasti tak setuju dengan semua ini.”
“Ibu pun tidak akan mampu, membujuk bapakmu.”
Aku sangat kaget mendengarnya, nafas ini terasa sesak seakan terhimpit bumi. Aku masih terpaku tak bergerak, kaku dan lesu, peredaran darah terasa melemah seiring dengan pupusnya harapanku.
“Tapi Bu.” Sangahku berururai air mata.
Namun ibu hanya mengeleng-gelengkan kepala, bibirnya ibu nampak merapat satu sama lain menahan desakan tangis kesedihan. Ibu terlihat sangat iba melihatku, ia peluk erat tubuh yang tersedu-sedu.
“Bapakmu telah menjodohkanmu dengan pria lain.”
“Kami telah membicarakan perjodohan kalian tadi sore.”
“Jadi.” Suaraku menyela perkataan ibu.
“Ya betul, tamu yang datang tadi sore mereka datang untuk membicarakan perjodohanmu, Nak.”
“Kini bapakmu, sedang pergi mengurus persiapannya.”
Mendengar ucapan ibu, hatiku yang sedang retak kini harus hancur menjadi kepingan puing-puing tak berarti, menjerit dalam pesakitan. Pikiranku terpecah tak berkonsentrasi dipucuk permasalaha, aku memikirkan Kak Azhar yang sekaian lama bersemayam menemani hidupku. Aku akan disangka menghianati ketulusan cinta sucinya selama ini, padahal sesunguhnya jauh didasar hatiku, aku sangat menharapakan Kak Azhar menjadi imam dalam mengarungi hidup ini.
Air mataku tak mampu kusembunyikan, tangisan kecewa dalam batin lebih dari yang terlihat, karena aku memikirkan calon suami pilihan bapak yang kulihat tadi sore. Laki-laki berkulit gelap berperwakan kecil yang dikawal aparat di dua sisinya, sosok yang tak pernah ku kenal. Batinku tak bisa menerimanya, jiwa meronta menolak perjodohan ini. Apa memang aku sehina ini, sehingga harus dijodohkan dengan orang seperti itu. Perasaanku tak jelas sudah, sakit tak tertahan kecewa tiada berpangkal. Aku sangat mencintai Kak Azhar, namun aku juga tak bisa melawan bapak.
“Kenapa bapak tega sama Asti Bu?” kata-kataku menyalahkan bapak.
“Yang sabar ya Nak, sesungguhnya dalam kesusahan pastilah ada kemudahan.” Ibu menenangkanku.
“tapi bu, bagaimana dengan Kak Azhar?”
“Apa yang nanti harus katakan padanya?” desakku pada ibu.
“Kamu harus menikah dengan orang pilihan bapakmu,Nak!”
“Tak akan mungkin Bapakmu salah memilih orang.” Jawab ibu mematahkanku.
Jawaban tegas ibu menambah penderitaanku, bagaimana bisa disebut tidak salah memilih? sakit hatiku harus dijodohkan dengan orang seperti itu. Begitu banyak orang terpandang yang datang untuk meminangku selama ini, tak satu pun yang ku kabulkan niatnya. Empat tahun aku bertahan dalam keadaan itu, semua ku laukan untuk Kak Azhar, tapi sekarang aku tak bisa mengerti dengan jalan pikiran bapak yang memilihkanku orang seperti itu.
“Bu sebentar lagi Kak Azhar segera pulang”
“Tadi ibu sudah bacakan diserta ini?” aku membela diri dengan menyodorkan kembali surat itu.
“Azhar belum tentu bisa pulang, masalahnya disini masih jadi perdebatan.”
“Sampai kapan kamu akan menunggu dia, teman-teman seusiamu sudah banyak yang mempunyai anak.” Semakin kesini kata-kata ibu semakin sengit membungkamku.
Aku tak mau melawan lagi, aku tak mau terus beradu mulut dengan ibu, untuk saling mempertahankan pendapat. Aku tak mau melawan kepada orang tuaku, aku takut menjadi penghuni neraka. Teringat yang ku ajarkan pada anak-anak, memebantahnya dengan kata “ah” saja dilarang oleh sang khalik. Aku tahu ini sudah menjadi hasil akhir, keputusan final yang tak bisa digugat kembali. Usailah sudah penantian panjangku, penantian yang harus berujung dengan kesedihan dan hati yang berusaha bisa ridha dengan kenyataan. Hanya tangisan merana yang bisa keberikan untuk perasaanku, tak ada perjuangan yang lebih masuk akal selain terus menumpahkan air mata. Semoga yang ku alami tak akan terjadi pada orang lain. Biarlah kenyataan hidupku tak ada yang menduplikasi, agar sesuai dengan namaku Lasti Tsaniah (kau tiada duanya) .
“Sekarang sudah malam, lebih baik kamu tidur, Nak!”
Ibu meninggalkanku sendirian dalam keadaan menagis.
Khair : Baik
Lasti tsaniah : Kau tiada duanya
:-/ panjang ama yaaaa =)).....
jadi malu ;))..... pada baca aja yaaa :D :)>-....
n jgn lupa mampir di blog GW ^:)^
terimakasih banyak [-o<
wah itu keseluhuranya ya? oalah hahahaha....greate story by the way...
Cinta yang terpilih…
Sebatas ucapan dan perasaan serta bergulirnya waktu tentu kita pernah merasakan hal yang semua orang merasakannya yaitu cinta. Cinta bukan hal baru atau asing lagi atau bahkan mungkin sering kita dengar, namun sudahkah kita coba untuk memahami bukan sekedarnya mengerti atau malah kita abaikan saja karena terlalu sering, tidak penting dan hanya teori saja. Semua tergantung pada pemikiran masing–masing bagaimana menanggapinya, menerapkan dan mengartikan dalam kehidupanya.
Cinta adalah anugerah perasaan yang alloh berikan kepada manusia untuk dapat saling mengerti, memahami dan mau berbagi. Alloh berikan kita nikmat memandang, mendengar, merasakan dan memiliki. Mata ibarat jendela hati lewat pandangan kita dapat meraskan hal yang sedang terjadi pada seseorang, dengan senandung kita dapat mendengar syahdunya suara itu dan atas ijin alloh kita dapat memilikinya. Namun terkadang apa yang kita miliki tak seperti yang diharapakan, begitu pula dengan cinta tak selalu seindah yang kita bayangkan. Dari hal itulah bagaimanakah kita memilih cinta yang kita impikan? Tentunya kita serahkan semua kepada yang kuasa, jalanilah semua dengan ketulusan dan apa adanya.
Awal berseminya perasaan …
Waktu bergulir terasa begitu cepat dengan angin yang bertiup sepoi serasa menyisir helai-helai rambut. Adit berjalan dengan penuh riangnya menyambut hari-harinya yang penuh dengan misteri perasaan di hatinya. Dengan langkah tegap dia menyapa teman-temannya, selamat pagi teman-temanku tercinta.!!! Ha…ha..ha..seraya teman-temannya pun tertawa dengan raut ledekan kebiasaan mereka. Gimana friend penampilanku menyakinkan bukan, adit mencoba menunjukkan kedewasaanya dalam berpenampilan. Apanya yang menyakinkan yakin malu-maluin iya..ha..ha...ha saut temannya. Wah kalian ngledek terus nih dukung dong temen yang mau tampil lebih baik, ok lah kami dukung kok tapi tunggu yah ga biasanya kamu tampil rapih gini pasti ada sesuatu. Yah benar saja ternyata ada seseorang yang membuat adit tak sanggup memalingkan pandangannya setiap kali dia bertemu. Cewe itu bernama dewi isnari teman satu kelasnya di tempat kursusnya, namun adit lebih asyik memanggilnya ..iis. Sudah beberapa hari ini adit memperhatikan iis sejak mereka tak sengaja bertatapan sewaktu kegiatan dikelas. Tak lama kemudian iis berjalan menuju kelas adit pun menatap dengan pesonanya tatapannya tak lepas sampai iis masuk kelas, teman-temnnya pun mulai curiga. Woi ada apa dit kok kamu ngliatin dewi sapaan teman-teman adit kepada iis. Ah gapapa kok, alah ngaku aja kamu suka ya ama dia enggak kok tapi iis kan cantik.. hah siapa iis hanyo mulai ga bagi-bagi cerita yah..bukan siapa-siapa kok. Adit sedikit tenang teman-temannya tak paham bahwa iis sebenarnya adalah dewi.
Waktu semakin siang materi kursus pun akan segera dimulai, dengan bergegas adit dan teman-temannya masuk ke kelas, namun adit terlihat berbeda lirik tatapannya terus menuju ke iis. Tak lama pengajar kursus pun datang, dengan hikmah adit menikmati materi dan menatap ke elokan wajah gadis pujaannya. Setelah beberapa jam waktu belajar hari ini pun selesai, tak lama setelah teman-teman adit pulang adit bergegas menghampiri iis. Hay… iis ya.. dit kamu seneng banget panggil aku iis gak kaya temen yang lain, yah biar simpel aja dewi eh…iis. Dengan senyum iis menatap siapa sih dit iis, iis tuh pendiem, cantik dan ngertiin banget kalo aku salah pasti di nasehatin..hmm iis yah kamu itu. Ah bias aja kamu dit aku biasa aja kok enggak kamu special buat aku, hmm terus ngerayu yah. Ada apa dit aku mau pulang nih, nah kebetulan aku anter yah..hmm gimana yah aku dah janji nih ma pacar ku?! Adit hanya terlamun mentatap iis, hey..door!!! he..he… aku becanda kok, boleh kok sekalian pulang kebetulan aku pulang sendiri nih. Adit terkejut hampir saja penantiannya sia-sia, dengan muka semangat adit mengantar iis pulang.
Sembari di jalan adit mulai kebingungan mau ngomong apa tapi tiba-tiba ada ide karena mereka kursus komputer pemrograman adit mengajak iis jalan cari buku software. Iis adit mulai bertanya, iya dit apa? Sabtu besok kamu ada acara gak, enggak dit kalo sabtu aku nyante-nyante aja dirumah sambil baca-baca aja. Nah kebetulan tuh kita cari buku yuk..gimana yah tapi aku gak janji ya dit aku ijin dulu yah. Iya deh iis tapi usahain bias yah ..he..he..alah kamu nih belum juga aku minta ijin ya deh aku usahain besok aku minta ijin, ok mas adit..wah..wah sejenak hati adit melayang-layang gadis pujaanya menyapa dengan panggilan mas, adit mulai optimis dengan harapannya. Kenapa dit..ah gapapa iis. Tak lama adit tiba dirumah iis, makasih yah dit mampir gak? Engga dulu iis besok-besok aja yah. Iis jangan lupa besok yah…iya mas aditku..wah adit semakin bangga dengan perasaannya, ya udah aku pulang dulu yah, iya makasih yah.
Dijalan adit pun tak bisa menahan perasaan senangnya, betapa harunya dia mendengar sapaan iis. Sesampai dirumah adit tetap tersenyum-senyum terus, malampun menjelang dia pun tak mampu memejamkan mata teringat akan kata-kata iis tadi siang. Hatinya mulai bersenandung bak pujangga yang menghujani dewi asmara dengan kata-kata puitisnya.
Pagi ini terasa berbeda dengan biasanya aku merasa dunia begitu luas penuh dengan senyuman dan lebarnya harapan adit mulai beranjak dari tempat tidurnya. Kebiasaan yang tak pernah dilewatkan adalah sarapan pagi bersama keluarga, pagi semua…! Sapa adit…tak lama ibunya membalas..wah tumben nih jam segini udah rapih nak, hal apa yang bikin akmu berubah gini. Enggak ko bu..aku pengen lebih baik aja menyikapi hari-hari ku. Syukur lah nak kamu memang harus begitu beri contoh yang baik pada adik-adik kamu dari hal yang kecil mulailah untuk disiplin, disiplin modal utama buat masa depan kamu tantangan di luar akan begitu besar jadi harus kamu siapkan dari sekarang nak, sambut ayah adit. Insya alloh adit akan pegang amanah ayah dan ibu. Adit mulai berfikir dalam hati, apakah aku sudah bisa jadi contoh buat adik-adik aku? Atas dasar apa aku berubah seperti ini? Adit mulai menyimpan senyumnya dan memulai sarapan pagi.
Waktu telah beranjak siang adit telah siap berangkat ke tempat kursus, di jalan dia mulai berfikir lagi tentang perkataan ayahnya. Adit mulai membuka hatinya dia bersyukur telah ada seseorang yang mampu merubah hidupnya, adit pun bulatkan tekatnya untuk benar-benar berubah bahwa dengan niat yang baik insya alloh akan menuai kebaikan. Tak lama adit sampai di tempat belajarnya teman-temannya telah menunggu di dalam kelas. Dari arah kelas gadis pujaan adit telah menunggu di samping pintu, pagi dit..pagi juga iis..gimana dit dah belajar hari ini kita kan tuntas modul 1, oh memang dah selesai semua? Iya lah dit hari ini kita kan ujian praktek, hayo kamu ga belajar yah pasti mikirin aku.he…he… hmm kamu nih iis aku dah belajar kok, adit pun tersenyum malu padahal waktu semalam habis memikirkan iis, adit sedikit terkejut mulailah hatinya merajut lamunan benar ga yah iis juga ngrasain apa yang aku rasain? Dit …dit …hello, eh…iya iis maaf kenapa gapapa, aneh kamu dit yuk masuk dah mau mulai jam praktek nih.
Pukul sebelas tiga puluh adit keluar dari kelas, begitu juga yang lain tak lupa sang pujaan pun keluar. Giaman iis bisa gak, alhamdulilah dit insya alloh bisa, kamu gimana? Lumayan iis..he..hee..ah kok lumayan sih harus bisa donk kalo kamu ngulang ntar aku tinggal lho..he..he..engak dit becanda kamu pasti bisa dit, makasih iis. Mulailah mereka berjalan adit mulai menagih janjinya, iis gimana bisa gak nanti sore, iya dit bisa kebetulan nih aku mau belanja juga disuruh ibu mau yah anter aku. Wah..wah adit dengan tegas langsung menjawab pasti..is aku bisa. Hmm…dasar adit..sapa iis, makasih yah dit..iya sayang..apah??? ngomong apa kamu dit..enggak iis kamu salah denger, al..ah ngomong apa hayo…? Gini is aku bilang sayang, iis terlamun sejenak..sayang maksudnya apa dit? Ya sayang…lah kamu nih bikin penasaran aja. Udah..udah ga usah dipikirin…uuuhhh ya udah, aku pulang ya dit nanti jangan telat jam dua awas lho telat, ok iis sayang gumam adit dalam hati.
Panah asmara adit…
Jarum jam telah menunjuk pukul dua adit telah siap menjemput iis, tiga puluh menit kemudian sampailah adit dirumah iis, hey..iis menyapa dari arah pintu dah siap dit langsung yuk, aku pamit dulu yah. Lamunan adit mulai terbayang di atas sepeda motor jantung yang berdetak kencang menambah getar hatinya, adit berfikir harus ada waktu yang tepat hari ini juga harus ku ungkapkan perasaanku. Dit..iya iis kok kamu diem aja, iya nih iis grogi.he..he..biasa aja lah dit kita kan temen jawab iis, iya kan dit..iya iis. Mulai ada pikiran ragu dalam benak adit mungkin ga yah iis mau nerima aku, tapi pokoknya aku harus ngomong nanti. Iis mau kemana dulu nih? Belanja aja dulu ya dit nanti belanjaanya di titipin deh soalnya nyari buku kan lama dit.
Sembari menemani belanja adit berfikir cara bagaimana menyampaikan perasaanya. Dit…, iya is udah yuk dah semua nih kita tinggal cari buku aja. Masih aja adit melamun bagaiman…bagaimana dan bagaimana? Cara ngungkapin ke iis. Jangan bengong lah dit bantu dong cari buku buat materi ujian besok, oh..iya iis di sebelah sana tuh tempat buku-buku software. Lama mereka berbincang sambil mencari buku, tak terasa sore telah menjelang. Dit dah sore nih pulang yuk dah dapet kan bukunya, iya nih iis dah sore juga yah. Jantung adit mulai berdebar kencang waktu semakin sempit buat ngomong sama iis. Tapi iis…kenapa dit? Nih kan dah mau malem makan dulu yuk sekalian aku juga pengen ngom nih. Mmm…boleh dit tapi jangan kemaleman yah nanti ibuku marah dah ditunggu nih, mang mau ngom apa sih dit..? ada dehh…!! mulai nih adit tebak-tebakan yah. Pokoknya ada lah iis, ya udah yuk dit cepet dah mau magrib juga nih tapi sholat dulu ya dit, iya iis.
Tibalah saat-saat yang mendebarkan, dit makan nasi goring aja yuk? Boleh iis. Sesampainya di tempat makan adit mulai berkata pada iis. Iis boleh akn aku ngomong? Boleh aja dit mau ngomong apa nih serius banget. Yah bener banget iis ini serius banget buat aku, aku harap kamu juga serius menanggapinya..yah. adit-adit biasa aja lah jangan gugup gitu, dah cepet ngomong. Mmm…mmm..gimana yah??? Lah kamu dit tadi dah gugup sekarang Cuma ammm…ammm aja, bentar yah iis. Adit sadar dia susah buat ngomong idenya pun muncul diambillah sehelai kertas putih. Iis.. ya dit. Kamu lihat ini apaan? Kertas kosong dit, baliknya? Juga kosong dit. Yah bener is sama seperti hatiku, lama sudah hatiku merasa kosong tanpa ada seseorang yang mengisi hari-hariku, seperti kertas putih ini kosong tanpa bergaris. Mau kah kamu iis menggoreskan makna dalam hatiku, maksud kamu dit? Iis mulai bingung dengan anggapan adit. Mungkin kamu tak pernah tau apa yang terjadi dua tahun yang lalu, aku sempat menatap wajah elok seorang gadis dan dengan lugu dia menundukan wajahnya. Aku tak pernah tau siapa dia bahkan namanya aku tak pernah dengar, namun dia mampu membongkar kebekuan hati ini. Aku ingin memilikinya menjadikannya arti dalam hidupku tapi aku tak pernah bisa bagaimana dan seperti apa harus ku katakan padanya.
Semua ku simpan rapih hingga kini dua tahun kemudian dia telah berada di dekatku dan akupun telah mengenalnya “dewi isnari “ nama yang lama ingin ku ketahui. Iis maukah kamu menjadi pilihanku mengisi hatiku dengan ketulusan dan keluguanmu, maukah kamu jadi pacarku iis? Iis terdiam dan memikirkan perkataan adit, dit benarkah yang kamu ucapkan itu? Ucapan hanyalah cara langkah agar kamu tau iis, itulah kenyataan yang ku rasakan selama ini hingga aku bisa berkata seperti apa yang kau dengar. Tapi dit, apa kamu yakin dan mampu menjalani apapun yang akan terjadi nanti? Beri aku harapan iis biarkan aku mencoba menjalani apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi nanti, aku janji iis. Baiklah dit tapi aku minta beri aku harapan jangan janji yang hanya engkau ungkap karena janji bisa saja di ingkari kita tak pernah tau apa yang akan terjadi dit, namun harapan mampu merubah apa yang telah terjadi dan mengokohkan janjimu itu. Lalu bagaimana jawaban kamu iis? Iya dit aku mau, aku senang menjadi pilihanmu dan aku mau menjalani semua denganmu dit. Adit terpana mendengar perkataan iis rasa bahagia pun menyelimuti hatinya. Benar iis? iya mas adit..makasih ya iis aku seneng banget lama aku menunggu dan kini aku bisa merasakan apa yang menjadi harapanku. Iya…iya..udah dit bersyukurlah pada tuhan karenanya kita bisa bertemu kembali, iya iis aku bersyukur mudah-mudahan aku bisa menjaga kesempatan ini. Ya udah dit makan yuk dah malem nih ibu dirumah dah nunggu. Iya maaf iis jadi kelupaan gini, yuk makan terus aku anter kamu pulang.
Seusainya adit mengantar iis pulang dan jam delapan tiga puluh malam adit tiba dirumah iis. Dit, makasih yah..sama-sama iis aku seneng banget mala mini, iya dit aku juga seneng. Aku masuk dulu ya dit ga enak dah malem nih, iya iis aku pulang yah, hati-hati di jalan dit sampe rumah istirahat yah. Iya sayang..hee…hee alah kamu mulai deh adit tapi gapapa aku juga seneng kok. Hmmm…kamu juga sama bilang aja pengen di panggil sayang iya kan!! Yeee…kamu nih dah sana dah malem nih, iya pulang dulu yah..iya hati-hati dit.
Perjalanan Cinta…
Malam berparas dengan rona sinar rembulan menggambarkan kebahagiaan mereka, dengan apa yang telah terjadi. Hingga ke esokan hari kembali menentukan langkah mereka.
Aku terbangun dari hatiku yang telah lama terlelap, aku tersenyum setelah sekian lama termenung kini tatapnya telah ada di hadapanku, ijinkan aku menikmati anugerah yang engkau berikan tuhan hanya engkau yang mengerti apa yang akan ter’takdir kepada kami dan hanya kepadamu aku memohon petunjuk berilah hati ini ketulusan dan kejujuran untuk mencintainya tanpa mengurangi cintaku padamu.
Seperti biasanya adit harus berangkat ke tempat belajarnya hari ini adalah ujian tutup modul yang kedua. Sesampainya adit menyapa teman-temannya yang asik belajar di depan ruang kelas, pagi semua… eh..adit tumben agak siangan iya tadi kesiangan bangunnya, giamana nih ujian? Ya ujian lah di kerjain masa iya tidur..haa…haaa… tawa teman adit. Sial…, kamu tuh yang sial dit dah tau ujian masih ngomong..ha..haa… dan dari jauh iis datang tetep dengan senyumnya yang ramah. Pagi semua…pagi dewi..sapa teman adit hanya adit yang menyapa dengan panggilan iis, pagi iis.. wah…wah kok iis kayanya kalian akrab banget nih hayo ngaku aja sekarang mumpung masih pagi kalian pacaran yah??? Saut teman adit dan adit hanya terbengong sementara iis hanya tersipu malu lalu masuk kelas. Ngaku aja dit?? Saut temannya lagi… ok deh iya ku mang pacaran ma dewi nah iis tuh dewi yang dua tahun lalu aku ngliat dia waktu pergi ma kalian. Oh..oh..itu toh iis sambut teman adit.
Tak lama setelah ujian iis menghampiri adit, hey dit…hey..iya iis dah makan belum dit? Aku dah sarapan di rumah tadi, mau ga temenin aku makan? Boleh aku juga haus nih. Sambil makan mereka asyik mengobrol namun tiba-tiba iis termenung dan adit pun mulai heran sepertinya iis ingin mengatakan sesuatu. Iis kamu kenapa tiba-tiba diem gitu? Dit mungkin gak yah kita bisa kayak gini terus? Kamu kenapa iis ada masalah atau aku salah ngomong? Enggak dit aku baik –baik aja kok, lalau kenapa kamu ngomong gitu? Enggak dit, udah ga usah dipikirin. Jangan gitu dong iis aku jadi ga enak nih rasanya spertinya kamu sembunyiin sesuatu. Enggak dit udahlah. Iis tersenyum untuk menyembunyikan kegelisahannya kepada adit.
Dit, ga kerasa yah dah tutup modul habis itu kita tinggal dapet materi ketrampilan dan selesai deh dari sini. Ini kan baru dasar dit habis selesai dari sini kamu mau kerja atau kuliah nih? Aku sih pengen kuliah iis kalo kamu gimana? Aku ga tau dit, lho kenapa? Yah bingung aja kakak’ku pengen aku tinggal ditempatnya dan kalo pun aku mau kuliah juga harus disana. Mang kakak kamu dimana iis? Ada deket ko dit, iis terpaksa bohong kepada adit bahwa sebenarnya kakak iis jauh dari kota mereka , iis tak mau membebani adit karena sebentar lagi mereka ujian akhir dan adit harus kuliah. Oh..gitu terus kamu mau disana iis, kemungkinan besar iya dit. Jangan lupain aku ya iis kasih kabar yah nanti biar aku tau sapa tau bisa bareng lagi..hee..hee. iis tersenyum sendu melihat wajah lelaki yang membuatnya merasa bahagia menjalani kehidupannya.
Waktu yang terasa begitu cepat mereka terus bersama saling berbagi, member dan menjaga hingga tiba saatnya waktu yang terasa sendu untuk dilewati. Ujian pun telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan waktu belajar bersama. Dit, ga tersa yah sekarang udah lulus. Iya iis cepet banget yah, dit..iya. aku mau ngomong sesuatu nih, boleh iis. Tempo hari aku dah pernah ngomong dit ma kamu bahwa aku harus tinggal di tempat kakaku, iya iis kamu jadi disana? Jadi dit dua minggu lagi aku berangkat, wah boleh dong aku anter? Ga usah dit jauh. Lho kata kamu deket, engga dit ku bohong tempat kakaku jauh di sana dan jauh dari tempat kita bersmaa. jauh banget iis?, terus gimana dengan kita iis? Dua tiga tahun aku baru pulang tapi aku ga janji dit mungkin bisa lebih, mata iis mulai berkaca-kaca menatap adit dan butiran air mata pun menetes di pipi iis. Kamu masih mau kan iis melanjutkan apa yang telah kita bina meskipun jauhnya jarak, iya dit. Iis menganggukkan kepala sambil berlinangan air mata. Adit pun mulai merintih menghadapi apa yang akan terjadi nanti dan adit terus menyakinkan iis. Iis, lihat aku tatap mataku iis air mata yang menetes bukanlah apa namun hatiku terus memeluk jiwamu sesuatu yang sangat berharga yang pernah aku miliki, angkat jari manis kamu iis aku ingin terus bersamam mu apapun yang terjadi meski jarak akan melonggarkan tatapan kita tapi tidak untuk cintaku padamu iis, genggamlah cintaku disana nanti iis. jangan biarkan ruang waktu menghalanginya dan jangan lupakan aku iis. iya dit aku akan terus coba mencintaimu dari jauh dan merasakan dalam hati yang paling dekat seperti saat ini saat-saat yang kita jalani bersama. Iis…tengoklah hari esok akan lebih indah kebersamaan kita, akan lebih indah apa yang pernah kita jalani jika kita mampu melewati ini semua, bentangkanlah harapanku dan harapanmu dalam satu garis saling percaya dan mengerti. Jadikanlah beban sebagai ujian dan jadikan janji sebagai amanah hidup yang fana ini dan jangan pernah sesali karena jalan hidup tak pernah bisa kita tentukan.
Cinta adalah semenanjung harapan, ladang untuk berbagi…
Musim untuk bersemi dan ikrar untuk berjanji…
Ucapkanlah karena ikhlasmu, rasakan dengan tulusmu…
Dan terima karena takdirmu…
Dua minggu pun telah tiba, saatnya iis meninggalkan kota tercinta dan kekasihnya. Dit..hati-hati yah jaga dirimu baik-baik disini lanjutkan masa depanmu, gapailah apa yang kamu inginkan. Iya iis, kamu juga yah jaga diri baik-baik ingatlah apa yang kamu mampu ingat dan biarkanlah apa yang tak pernah mampu dan diluar batasmu, iis aku sayang kamu jangan lupakan aku yah..iya dit aku juga sayang kamu, aku akan sangat merindukanmu dit. Aku juga iis, udah dit jangan kamu teteskan air mata kamu! Biralah iis air mata ini menggenangi gerimis di hatiku.
Jauhnya jarak dan kebimbangan…
Tidak mudah menerima keadaan namun lebih berat lagi untuk menghindari keadaan, itulah hal yang dirasakan adit. hari-hari terus dijalani satu bulan sudah jarak memisahkan iis dan adit. kini adit telah melanjutkan pendidikannya di universitas, satu bulan pertama mereka masih baik dalam berkomunikasi dan tetap berbagi meskipun jauhnya jarak yang terbentang. Namun tak pernah disangka dua bulan kemudian badai mulai berbaris mengguncang hubungan mereka.
Sore yang melelahkan buat adit selesai kuliah dia berniat menghubungi iis, sambil berbaring melepas lelah adit menelpon iis, namun tak diangkat oleh iis sementara senja semakin gelap di sore itu adit putuskan untuk sms saja agar iis membalas jika sudah tidak sibuk nanti. Selepas makan malam adit santai sambil mendengarkan musik berharap iis membalas smsnya. Jam Sembilan malam adit mulai gelisah sms tak kunjung di balas iis hingga mata terpejam adit tetap menunggu. Saat adit membuka mata adit tersenyum melihat di layar hp tercantum sms dari iis tetapi adit terdim setelah membaca isi sms dari iis. Dit, apa kamu ga ngerasa bosen tiap saat sms aku terus? Maaf dit aku ga angkat telpon dan baru bales sms kamu, aku ga mut buat ngomong dan nulis sms. Apa baiknya kita batesin waktu buat sms’san dan telpon?
Kok kamu ngomong gitu sih? Apa kamu ga pengen saling tau kabar kita, kenapa sih mesti ga mut iis? entah apa yang terjadi iis membalas hingga adit merasa tak lagi seperti dulu. ‘ya udah lah dit, terserah kamu baiknya gimana? Badai pertengkaran pun melanda hingga adit membuat keputusan, ‘baiklah iis kita batasi saja dua kali satu mingga aku sms dan telpon yah. Ya udah dit, makasih yah aku istirahat dulu yah…iya iis sama-sama.
Berat bagi adit menjalankan keputusannya karena rasa cintanya dia tak ingin kehilangan kabar iis walau sekejap saja. Apa aku salah berusaha menjaga hubungan dan komunikasi dengannya? Apa aku terlalu berlebihan mencintainya? Aditpun merenung dalam hati, mencoba memahami maksud iis.
“Hati tak mampu bercermin pada kaca, hati bercermin pada kata dan perbuatan hal yang terbaik mungkin jalanilah dengan apa adanya, meskipun tangan tak berjabat dan wajah tak bertatap hanya lewat hatilah aku berharap”.
Begitulah terus dijalani hingga beberapa bulan kemudian mereka kembali seperti biasa tak ada lagi batas untuk berkomunikasi. Hingga suatau hari prahara kembali menimpa mereka, hujan yang terus mengguyur kota diamana adit menggali mimpinya sepertinya suasana mengiringi apa yang di alami adit.
Iis..aku boleh Tanya gak? Boleh dit, kenapa kamu iis dua bulan setelah di sana kamu agak berubah kamu lebih banyak diemnya? Ga tau dit aku males ngomong. Apa aku ganggu kamu iis? kok kamu ngomong gitu sih dit! Aku ga suka cara kamu. Lalu bagaimana aku harus bersikap padamu iis? dengan cara apa aku harus mencintaimu? Dulu kamu pernah ngomong, ‘beri aku harapan jangan janji yang hanya kamu ungkapkan’ sekarang mana harapan itu? ya udah lah dit, udah dulu ya aku cape!. Lho kok kamu gitu iis? kenapa sih beri aku penjelasanmu? Baik lah dit, sebaiknya kita sendiri-sendiri dulu aja yah aku butuh waktu dit, satu bulan aja dit? Kok gitu sih iis, kenapa setiap ada masalah meski kita hindari terus aku gak mau iis. ya udah lah dit terserah kamu aja!! Udah dulu ya dit aku pengen istirahat..ya udah iis baik-baik disitu yah.
Setelah sekian waktu mereka berpilah pilih waktu untuk berkomunikasi, akhirnya satu keputusan berat harus mereka terima. Saat – saat yang tak terbayang begitu cepat terjadi.
Waktu liburan kuliah adit pulang ke rumahnya, kota yang telah banyak mengajarkannya tentang kehidupan. Senja yang tak begitu cerah menuntun adit untuk mengambil sebuah keputusan, iis pun demikian ada sesuatu yang ingin di bicarakan namun waktu menghakimi adit untuk berkata terlebih dahulu. Sore itu adit menelpon iis, met sore iis kamu lagi dimana? Aku lagi dirumah dit, ada yang mau aku omongin iis? cukup lama aku lamunkan iis apa yang begitu berat menimpa apa yang selama ini telah kita bina bersama, apa isyarat ini iis? aku pun tak tau dit, sebaiknya kamu pikirkan saja masa-masa belajar kamu dit. Maksud kamu iis? yah tak ada jalan terbaik di saat kondisi seperti ini dit, kita hanya cukup saling memahami dan mengerti apa maksud keinginan kita masing-masing. Aku tau maksud kamu iis, mungkin baiknya kita akhiri dulu semua iis. akupun tak ingin menghalangi kebebasanmu iis, untuk menikmati apa yang membuatmu bahagia apalah arti hadirku jika tanpa bahagiamu. Aku akan tetap mengharapmu iis, bawalah separuh rasa dihatiku dan biarlah separuhnya untuk mengenangmu.
Maafkan aku dit dan maafkan apa yang terjadi padamu karena aku. Sudahlah iis semua telah tertakdir dan harus terjadi padaku dengan melibatkan kehidupanmu. Makasih dit untuk semuanya kamu akan selalu ada sebagai orang yang pernah terdekat dalam hatiku, jaga diri kamu baik-baik ya dit udah dulu ya aku harus siap-siap berangkat kerja. Iya iis makasih juga atas kerelaanmu berbagi denganku.
Rintik hujan mengiringi akhir kisah mereka apa yang tak pernah terkira akan terjadi dan kini tak pernah terkira harus berakhir.
Hari-hari yang begitu berat harus dijalani oleh adit benaknya tak mampu melupakan hilangnya seseorang dalam hidupnya gadis yang dulu selalu dinanti di setiap hari-harinya. Di sela-sela liburannya adit tak sanggup menahan kepedihannya dia selalu terdiam dan kehilangan senyum yang dulu terasa indah mengiringi hari-harinya.
Ya alloh aku hanya bersandar padamu akupun tak mampu menghadirkan harapan seperti apa yang telah engkau anugerahkan padaku, aku hanya mampu memohon dan berusaha menjalani apa yang harus terjadi padaku beri aku petunjukmu ya alloh dengan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi nanti. Dulu jalan ini menjadi alunan langkah di saat bahagia, sedih dan beratnya sebuah pilihan namun tetap ku jalani dengannya. Kini telah terukir kenangan di sini tempat yang menjadi awal perjalananku dengannya.
Beberapa minggu kemudian adit harus kembali menjalani masa waktu belajarnya dia harus melanjutkan kembali kuliahnya setelah beberapa minggu masa liburan. Tak ada yang berubah dengan suasana di sana hanya ada satu rasa yang hilang, rasa yang dulu menjadi penghilang lelahku dan tempat berbagiku.
Empat bulan setelah adit kehilangan iis, mereka masih tetap berkomunikasi sebagai sahabat namun adit masih tetap mencintai iis. Meskipun iis menunjukkan sikap yang berbeda adit tetap menggenggam rasa cintanya dalam hati bahkan adit heran dengan perubahan yang terjadi pada iis. sepertinya iis telah bahagia dengan kehidupannya di sana.
Dengan berat adit harus berusaha melupakan iis dan seseorang pun datang dalam kehidupan adit. Sore setelah adit pulang kuliah sambil beristirahat ada pesan yang ia terima, “sore adit lagi ngapain ingat gak ma aku? Sejenak adit terheran ia tak tau pengirim pesan itu adit pun coba mencari tau denagn mengubungi no itu. Siapa ini yah? Masa lupa dit? Siapa yah aku ga tau nih? Aku ani dit, erna setiani, coba deh inget-inget. Adit terdiam dan mencoba mengingat ingat dan akhirnya diapun ingat akan sesuatu hal. Ooh iya ani yah, yang dulu kenalan di bis kota kan kalo ga salah kita masih satu daerah kan rumahnya? Hee..heee..pinter iya bener banget dit, kok masih inget ma aku hayo dipikirin terus yah? Kamu bisa aja an..kan kamu yang ingetin aku tadi, gimana kabar kamu? Baik dit, kamu giaman? lagi kuliah aja yah? Aku juga baik an, enggak an lagi dikost aja. Maksudku kamu lagi nglanjutin kuliah habis kursus, giama sih kamu dit? Hee..hee…iya an, kamu sekarang dimana? Aku di Jakarta dit, lagi kerja sambil kuliah aja. An kalo ga salah kamu yang dulu nangis ketinggalan angkot kan..he..hee… Ah ngledek kamu dit aku kan takut ga bisa pulang tau…!!! Untung ada aku yak kan an…yeee gr banget kamu dit ga ada kamu aku juga bisa pulang. Udah dulu ya dit kamu ngledek terus sih.hee…hee enggak kok dit aku mau berangkat kuliah nih besok deh disambung lagi. Iya deh an kapan-kapan di sambung yah. Iya makasih yah daaaahh…adit.
Hari itu terlihat berbeda buat adit ia mulai bisa bercanda dan tertawa lepas setelah lama termenung. Ani adalah seseorang yang tak sengaja adit kenal beberapa tahun lalu. Malam harinya giliran ani yang menghubungi adit, beberapa kali telepon adit berdering namun adit tak tau karena keasyikan mendengarkan musik namun akhirnya adit mengangkat telpon ani. Iya an…hey lama banget ngangkatnya hayo lagi ma sapa? Ah enggak kok tadi aku ga denger hp’ku bunyi soalnya lagi dengerin musik. Ohh..kirain eh iya dit ganggu gak aku telpon ntar ada yang marah lho..? ah enggak an kamu ga ganggu kok ga ada yang marah an, kamu kali awas ntar cowo kamu tau marah lagi.hee..hee.. yeeh enggak lah aku ga punya cowo kok mana ada cowo yang berani marahin aku.hee…wah kamu galak yah jadi pada takut semua?? Enak aja siapa yang galak, ntar ga ada yang mau ma aku.. kamu ga pergi dit besok kan libur ngapel kek apa kemana gitu? Enggak ah an sapa yang mau diapelin? Yah penjual pecel lele atau penjual nasi goring gitu..hee..hee.. yah sial kamu an gentian nih ngledek? Hee..hee sory sih dit habis dulu kan kamu suka banget ma makanan itu ya kan!! Eh dit mang kamu ga punya pacar kayaknya suntuk banget gitu? Pernah ada sih an? Lho kok pernah ada mang dah enggak? Iya an baru empat bulan lalu kami putus. Ehh..sory dit aku ga tau jadi ngingetin kamu yah.. ga apa an, mang masih inget kok.hee..hee. Duhh..duh masing ngarep nih yee… yah gitu lah kira-kira an. Hmm gini nih kamu sih suka ngira-ngira jadi putusnya ya. Eh dit bulan depan aku pulang lho mau ga kamu temenin aku jalan-jalan, kamu pulang yah mau gak? Ya coba deh an besok lihat kalo bisa pulang aku pulang kok, kamu kabari aja kalo mau pulang.. ok deh adit besok aku kabari yah. dah dulu yah dit mau ke tempat temen nih, sana kamu ngapain biar ga suntuk gitu. Iya deh makasih yah an.. iya dit sama-sama.
Dan Adit pun semakin dekat dengan ani, adit mulai suka dengan cara ani ngobrol padahal belum lama mereka kenal namun mereka nampak telah lama kenal. Namun adit masih saja mengharapkan iis untuk dapat kembali menjalani apa yang telah retak dan menyatukannya kembali.
Tak pernah di sangka ani menyembunyikan hal yang begitu lama tersembunyi, sejak pertama bertemu ternyata ani telah suka ma adit. Ani tak tau bagaimana agar adit tau perasaannya, diapun takut adit telah dimiliki seseorang dan kepulangan ani adalah salah satu tujuannya agar adit tau perasaannya ternyata ani akan mencoba mengungkapkan pada adit.
Satu bulan yang terasa begitu lama bagi ani dan terasa cepat bagi adit. Akhir pecan bulan itu ani mencoba menghubungi adit, Sore dit lagi ngapain? Lagi di kost an aku mau pulang nih kerumah kebetulan sabtu minggu libur. Wah kebetulan banget nih kayaknya sabtu sore aku dah dirumah dit, kamu main ya dit mau gak? Gimana ya an, apa kamu ga capek? Enggak dit kan paginya istirahat dulu main yah dit? Iya deh an, besok malem aku main deh kerumahmu. Makasih dit ya udah kamu hati-hati ya di jalan aku juga mau siap-siap nih nanti sore aku juga pulang. iya deh an kamu juga hati-hati yah, ok dit.
Setelah beberapa bulan atau hampir satu tahun lamanya akhirnya ani dapat bertemu dengan adit, ani pun tak mengerti sejak pertama kali bertemu adit dan sejak itupula ani memendam harapan. Namun ani juga memendam keraguan apakah adit bisa menerima perasaannya keraguan ani cukup beralasan karena setelah berkenalan dan cukup lama adit belum pernah menghubungi ani. Ani tetap bertekat liburan ini ia harus bisa berbicara pada adit.
Sabtu sore adit menepati janjinya menemui ani rumah ani tak terlalu jauh dari tempat adit kira-kira 20 menit adit sampe tempat ani. Sejenak berhenti adit menghubungi ani, sore an…ak dah didepan rumah kamu nih boleh masuk gak? Udah nyampe dit!!! Kok ga ngomong dulu sih… kan kemaren dah ngomong jadi langsung aja ketempatmu.he…he… Hmm…dasar adit, ya dah tunggu bentar yang aku keluar. Tak lama ani membuka pintu rumahnya, ani kaget melihat adit akhirnya ia benar-benar melihat wajah adit kembali dengan sedikit malu ani menyapa adit. Hey…dit maaf yah nunggu.. iya gapapa an, lama yah ga liat kamu sekarang berubah? Ah..enggak dit biasa aja kok masih kaya dulu kan? Enggak an, dari cara kamu ngomong sekarang kamu kayaknya dah ga cengeng lagi nangis di pinggir jalan kaya dulu.he…heee… Hmm…terus ledek aja ampe puas, siapa juga yang cengeng baru liat aku nangis sekali kan..yeee.. masuk aja yuk dit ngobrolnya di dalem aja. Dengan langkah pelan adit masuk kerumah ani. duduk dit sapa ani. Iya makasih, mau minum apa dit? Ga usah an seadanya aja.hee… uuuhh..dasar adit, bentar yah.
Hey..bengong aja dit, nih minum dulu kan cape habis jalan. iya an makasih, ngomong-ngomong kok sepi pada kemana? Kebetulan lagi pada kerumah kakek dit jadi sepi deh.. gimana dit kuliah kamu? Baik-baik an, kamu gimana an hampir satu tahun ga kasih kabar? Ya gini lah dit aku mau telpon kamu tapi takut ganggu kamu nanti. Yah ganggu kenapa telpon aja an kalo sempet aku kan lupa no kamu. Hayo lupa atau nglupa nih..hee… enggak an lupa bener dulu ga aku simpan tapi kayaknya no kamu ganti ya? Iya dit aku ganti, no kamu gag anti-ganti hayo ada siapa tuh? Ga mau ganti. Yah enggak an males ganti-ganti aja.
Oh iya dit kemaren kamu ngomong habis putus ma cewe kamu yah? Dan tak sengaja ani menyinggung perasaan adit, sejenak adit terdiam. Upst sory dit maaf deh salah yah aku ngomong? Ga apa an semua dah terjadi kok. Kayaknya kamu berat banget kehilangan dia dit, yah aku tau dit perasaan kamu kalo kamu masih suka kenapa gak ngomong ke dia? Belum bisa an, dia mungkin dah bahagia dia sana aku takut menghalangi kebahagiaanya. Ya udah dit ga usah dipikirin dulu tuh kan kamu jadi sedih gitu, masa cemen gitu sih?..hee… waduh kamu nih an ngledeknya yah,!!! iya dit sory becanda aja kok , dah berapa lama dit putusnya? Udah hampir tujuh bulan an. Oh..dah lumayan lama yah, boleh dong aku ngomong? Ngomong apa an? Eh..enggak dit becanda kok. Tak sengaja ani mencoba berbicara namun ia membatalkan ia masih ragu akan keberaniaanya. Yah kirain mau ngomong apa an? Wah an aku pamit dulu yah dah mulai malem nih? Kok buru-buru dit baru jam setengah delapan? Yah kan dah dari sore si tempat kamu.. Ya udah deh hati-hati ya dit, makasih lho dah main. Iya an sama-sama. Dit ? ya..besok jadi kan? Jadi apa an? Yah lupa deh..kan kamu janji mau nemenin aku jalan-jalan..? oh iya an sory aku lupa ya udah jam berapa besok aku jemput? Jam sembilanan aja ya dit bisa kan? Bisa an besok deh aku jemput,ya dah aku pulang dulu yah? makasih dit, jangan lupa besok yah?hee…
Malam itu ani coba berpikir cara tepat untuk bicara pada adit, ia bertekat menghapus masa lalu adit dengan kehadirannya. Tekatnya begitu mmebulat hingga iya tak tau bahwa adit masing sangat mencintai iis.
Di sisi lain adit memikirkan kata-kata ani sore itu, bener juga yah kata ani kalo aku masih suka iis kenapa ga ngomong aja. Tapi gimana yah mau ga yah iis? pokonya aku harus yakin aku harus cepet ngomong sebelum terlambat. Gimana yah, oh iya aku tanya ani aja besok dia kan cewe pasti tau lah gimana perasaan cewe. Adit tak tau bahwa pikirannya akan berlawanan dengan ani, yah inilah dilemma kehidupan tak pernah sama namun tak sedikit juga yang merasakan sama. Hingga ke esokan pun tiba…
Pagi an..!! pagi juga dit. Gimana an mau jalan-jalan kemana nih? Aku anter deh, hmm..makasih dit, gimana kalo ke waduk sempor aja dit kan enak ngobrol sambil main air? Boleh an lama juga ga kesana nih. Sesampainya disana ani coba untuk menyinggung perasaan adit, dit aku boleh gak ngomong sesuatu ma kamu? Boleh an aku juga mau nanya ma kamu an? Wah mau tanya apa nih dit? Kamu aja duluan an nanti aku terakhir aja. Iya deh dit aku ngomong yah, dit mungkin kamu ga percaya atau mungkin malah kamu anggap mustahil tapi ini nyata dit. Secara gak kamu sadari dari awal pertama ketemu kamu aku mulai suka dit ma kamu, aku juga ga tau dit rasa itu tiba-tiba aja muncul sekian lama dit aku tahan perasaanku aku takut untuk bicara ma kamu. Sekian lama aku tunggu saat-saat ini walaupun maaf ya dit kamu belum lama baru putus tapi aku gak bermaksud memanfaatkan keadaanmu aku gak tau lagi harus gimana, aku udah lega dah bisa terus terang ma kamu dit. Mau kamu member harapan buat aku dit? Adit tak menyangka semua akan seperti ini padahal dia ingin bertanya perihal iis kepada ani. Harus bagaimana aku, aku tak bisa secepat ini melukainya namun aku juga tak bisa memberikan kebohongan kepadanya dia terlalu baik untuk di sakiti. Dit gimana sekarang semua terserah kamu? Gimana ya an, aku belum bisa menjawabnya aku takut terlalu cepat mengambil keputusan baiknya kita jalani dulu semua ini an biar tau perasaan masing-masing.
Iya dit aku ngerti perasaan kamu aku juga ga bisa memaksa, aku akan tetap nunggu kamu dit apapun itu sampai kamu mau buka hati buat aku. Nampaknya adit semakin kebingungan mendengar perkataan ani ia berfikir secepat mungkin harus mengambil keputusan namun tidak untuk saat itu. oh iya dit, tadi kamu mau nanya apa? Ah, enggak an aku cuma mau nanya kapan kamu balik ke Jakarta? Oh.. minggu depan dit kenapa mau iktu?he… enggak lah an aku kan kuliah juga. Iya ..iya dit kirain mau nanya apa? Aku jadi canggung ngomong ma kamu an, kok bisa sih yah? hmmm… biasa aja lah dit, siapa sih yang tau perasaan orang dit dan apa yang akan tertakdir padanya, sama halnya cinta dit tak tau kapan datang dan perginya. Iya sih an, ya udah tapi jalani dulu apa adanya ya an aku ga mau salah ambil keputusan. Iya dit dah nyante aja aku ngerti kok, aku dah seneng kok kamu mau ngertiin aku dit. Dit dah mau sore nih pulang yuk aku ada janji ketempat temen lama nih gak main, ya udah kita pulang yah.
Dua sisi yang berbeda dimana ani dah berhasil mengungkapkan perasaanya dan dia percaya adit akan memberinya harapan. Disis lain adit semakin bingung iis masih melekat dihatinya ia masih mencintai iis, disisi lain ada seseorang yang rela menunggunya selama itu.
Dan adit pun harus kembali kuliah, sementara ani menghabiskan sisa liburannya. Semua terus berjalan sekian lama mereka semakin sering berkomunikasi, namun di sela itu mereka masing-masing menyembunyikan sesuatu. Adit masih terus mencintai iis meskipun ia tak tau perasaan iis waktu itu, sementara itu ani di samping ia rela menunggu adit selama itu ada juga seseorang yang rela menunggu ani untuk membuka hatinya. Berkali –kali seseorang itu mencoba membuka hati ani bahkan lebih lama dari waktu ani rela menunggu adit sampai-sampai ani kehilangan akal untuk menyangkalnya namun rasa cintanya kepada adit membuatnya mengerti cinta tak pernah bisa dibohongi.
Di lain hal adit masih mencoba untuk mengatakan kepada iis bahwa ia masih mencintainya, hingga tiba suatu waktu adit menyakinkan dirinya untuk mengatakan kepada iis. sore itu adit libur dan ia berniat menghubungi iis. Met sore iis, lagi dimana bisa gak ngobrol bentar? Bisa dit aku lagi libur kok. Wah kebetulan dong iis, giaman kabar kamu lama nih gak denger kabarnya? Aku baik-baik aja dit, kamu gimana dit kemana aja nih? Aku juga baik-baik iis, aku mau telpon takut ganggu kamu iis? enggak lah dit kalo ada waktu telpon aja dit. Iis aku boleh gak ngomong? Iya dit mau ngomong apa? Dari mana yah aku harus jelasin, tapi jujur iis aku masih mencintai kamu aku tak pernah mampu untuk melupakanmu iis terlalu berat kehilangan semua buat aku iis, mau kah kamu membuka kembali semua itu iis? Aku gak bisa dit. Kenapa iis? adit terheran secepat itu iis menjawabnya. Apa udah ada seseorang lain iis? aku ga tau dit tapi memang ada seseorang yang begitu baik kepada ku, hampir tiap pagi ia menjemputku berangkat kerja bahkan ia sempat mengungkapkan perasaannya padaku, namun tak secepat itu aku menjawabnya. Maafin aku juga dit aku gak bisa untuk kembali jalanilah apa adanya dit biarkan takdir yang menjawabnya, udah ya dit aku ada janji di sambung besok lagi ya dit.
Adit hanya terdiam tanpa menjawab sapaan iis dan iis pun telah menutup telponnya. Adit terkejut ia tak percaya begitu cepat perubahan pada iis tanpa menghiraukan perasaannya iis berterus terang apa yang telah terjadi kepadanya tentang seseorang yang mendekatinya. Terbesit pikiran dalam benak adit yang cukup membuatnya tak berdaya, apakah ia tak lagi benar-benar mencintaiku begitu mudahkah ia melupanku dan apakah cinta itu? bila mudah untuk dilupakan. Dan adit tetap bertekat untuk mencintai iis apapun yang terjadi.
Akhirnya harus memilih….
Ada seseorang juga yang sedang dalam kebimbangan menunggu jawaban adit, setelah beberapa waktu mencoba member adit kesempatan untuk berfikir. Ani juga merasakan kebimbangan ia berniat berbicara lagi kepada adit. Selang satu hari setelah adit berbicara kepada iis, ani mengirim pesan kepada adit untuk menghubunginya, “ dit telpon aku yah?”, dan tak lama adit menghubungi ani. Iya an ada apa? Kamu kenapa dit kok ga semangat gitu, aku ganggu yah atau ada masalah? Enggak kok an kamu gak ganggu aku baik-baik aja. Dit harus berapa lama lagi aku menunggu? Maksud kamu an? Iya udah selama ini aku menunggu keputusan kamu aku udah coba kasih waktu buat kamu berfikir, aku pengen ada keputusan dari kamu?! Tapi an aku gak bisa.. ok dit aku tunggu sampe kamu bisa..!! tapi an? Pokoknya aku tetep tunggu, titik. Dengan secepat itu ani menutup telpon adit, sepertinya ani kecewa akan sikap adit.
Adit semakin bingung akan hal yang di hadapinya, ani tetap kokoh menunggunya sementara adit juga kokoh mencintai iis. Adit tak bisa berlama-lama membuat ani terluka secepat mungkin ia akan berbicara pada ani. Namun adit masih terus mencoba meneruskan cintanya pada iis, “iis aku tak tau cara melupakanmu, cinta ini semakin erat ku genggam setelah apa yang telah terjadi. Beri aku kesempatan iis” itulah bunyi pesan adit kepada iis. Beberapa jam kemudian iis menghubungi adit, hey dit…iya iis.. lagi apa dit? Lagi tiduran sambil nunggu balesan pesan dari kamu eh malah kamu telpon. Dit aku ga tau gimana ngomongnya, lupakan lah aku dit.!! Tapi iis kenapa? Carilah yang lebih baik dari aku dit. Sampai kapan aku temukan iis jika aku selalu mencari yang terbaik? Kenapa kamu ga ngerti perasaanku iis? iya dit aku ngerti tapi maff aku ga bisa. Iya iis tapi kenapa? Aku ga mau kamu kecewa dit, belum lama kakaku memilihkan seseorang untuk mendampingiku memang dia baik tapi aku belum bisa dit untuk secapat itu, tapi aku ga tau tiga atau empat tahun lagi jika masih ada kesempatan aku ingin menyegerakan. Karena itulah aku ga mau kasih harapan sia-sia padamu dit lebih baik kamu selesaikan kuliah kamu. Tapi iis kita ga pernah tau kana pa yang akan terjadi nanti? Karena itulah aku tak mau ceroboh mengambil keputusan. Tapi aku akan tetap mencintaimu dan menuggu kamu iis…terserah kamu dit tapi jangan sesali apa yang akan terjadi dit….!!! Aku akan lebih menyesal jika aku menyerah hari ini iis… baiklah dit terserah kamu tapi aku gak mau ngasih harapan semu padamu..! biarah iis, biarkan aku mencari harapan itu. baiklah dit itu keputusan kamu.
Begitu berat keputusan adit, waktu terus berjalan ia selalu memikirkan kata-kata iis tiga tahun yang akan mengawali atau bahkan akan mengakhiri segalanya semua yang dinantinya. Walaupun tak pernah tau apa yang akan terjadi namun sungguh perkataan iis membuatnya tak berdaya. Adit tak sanggup membyangkannya. Sementara telah ada seseorang yang rela menunggunya namun cinta bukanlah pilihan kata, perasaan dan takdir lah yang menentukan pilihan cinta. Akhirnya adit harus berterus terang kepada ani bahwa ia masih tetap mengharapkan iis meskipun tak pernah adit tau seberapa mungkin harapannya itu.
Sekian lama ani menanti jawaban adit, hingga ia harus merelakan penantinannya itu dengan berat hati adit harus berkata dan dengan sangat berat ani menerima keputusan adit. Senja itu menjadi akhir penantian ani, “met sore an sibuk gak aku mau bicara nih? Enggak dit ngomong aja dit. An sekian waktu aku coba untuk memahami, trimakasih an kamu dah rela buat nunggu aku maafkan aku an membuatmu kecewa. Aku gak bisa member kamu harapan an, berat untuk aku mengataknnya namun aku harus jujur an aku masih mencintai iis. Maaifin aku an.. Oh..jadi ini dit jawaban dari semua penantianku kamu masih suka sama mantan kamu kan, kenapa ga dari dulu kamu ngomong? Lalu mana hasilnya kamu rela nunggu sesuatu yang ga pasti sementara ada seseorang yang mencintai kamu dit, apa kamu ga menyadari dit aku ada menintaimu. Iya an aku tau, kamu mencintaiku tapi cinta bukanlah kebohongan... Kenapa ga dari awal kamu ngomong dit??? Maafin aku an, aku ga mau buat kamu terluka..oh.. gitu dit lalu apakah sekarang kamu gak buat aku terluka dit??? Apakah kamu tau dit jauh dari perasaanku padamu ada seseorang yang rela selama dua tahun menanti hadirnya cintaku dit, dia baik dit sangat baik untuk di sakiti tapi rasa cintaku padamu yang mampu menahanya, namun apa sekarang hasilnya dit..apa dit??? Maafkan aku an, ini sudah menjadi pilihanku sudah ku tentukan pilihan cintaku. Semua belum terlambat bagimu an jika ia sungguh-sungguh ia tetap masih menantimu an, gapailah cintanya an dia lebih pantas kamu cintai dengan perjuangnya selama ini. Biklah dit, aku kecewa sama sikap kamu dit tapi aku juga hargai kejujuran kamu, namun aku juga tak bisa mencintainya dit aku akan mencari cintaku sendiri seseorang yang benar-benar aku cintai, meskipun aku tak bisa bersamammu aku juga tak bisa menerimanya dit. Terimakasih untuk semuanya dit, carilah harapanmu dit tak ada yang sia-sia terimalah karena takdir dit dari pada berputus asa itulah yang sia-sia. Selamat menjalankan kehidupan kita masing-masing dit, makasih buat semuanya. Hanya tuhan yang mampu membalas kebikkanmu an, maafkan aku an. Udah lah dit semua udah terjadi, baik-baik disitu dit aku butuh waktu mungkin beberapa hari ini aku ga bisa dihubungi. Perjuangkanlah harapanmu dit sampai ketemu lagi ya dit…
Inilah kehidupan dan cinta itu semua tak bisa diperkirakan, datang dan pergi adalah misteri baginya. Kita hanya bisa menjalani tanpa bisa menentukan karena telah ada yang men’takdirkan kehidupan kita masing-masing. Semua adalah sementara bukan milik kita selamanya, maka jagalah dengan baik apa yang kita miliki sentuhlah dengan ketulusan dan kejujuran. Terimalah karena takdirmu jangan sia-siakan semua karena menyerah dan berputus asa……
Ini telah menjadi keputusan adit dan cinta yang terpilih adalah cintanya kepada iis, ia tak tau apa yang akan terjadi meskipun waktu tak pernah memberikan kepastian apakah takdir akan menyatukan ia dengan iis atau bahkan akan memisahkannya, inilah misteri yang kuasa.
Rona merah di sisi senja menjadi tabir kenangan bagiku dan dirinya…
Dan gelap akan segera menyelimutinya…
Hingga rintik hujan menyejukkan dahaganya…
Jiwa yang dulu berkelana, terus berdiri tegak menegaskan harapannya…
Sampai butir-butir air mata menjadi berlian yang berharga…
Dan kenangan menjadi sejarah yang tak akan terlupakan…
-------------------------------------------Sekian----------------------------------------------------
Menanti di ujung resah…
Sepi ketika malam menjadi tempat bersandar dari sela kehidupan. Sisi kelam dari rasa yang tak pernah dapat dimengerti dan di pahami kehadirannya. Meski tak selamanya ini akan terjadi namun begitu berat untuk di lewatkan, satu-persatu harapan itu pergi seakan menjauh dari dekapan ini, apa yang aku tunggu hingga tak mampu merasakan hadirnya sosok lain dari kehidupan ini. Sesuatu yang tak pernah ku ketahui dan akan menjadi misteri sampai waktu menjawabnya dengan takdir hidupku.
Dia adalah seseorang yang ku intai hatinya, tutur kata dan pesonanya nampak sempurna di mataku walaupun tak ada kehadiran sempurna di dunia ini tetapi dia mampu mengisi ratapanku akan hidupan ini. Jalanku untuk menantimu, jalan yang tak pernah ku lalui terjal dan seperti tak berujung. Sulit untuk ku ungkap tak ada yang mampu mengerti hanya waktu yang mejawabnya nanti.
Sungguh berat hari demi hari kulalui untuk menunggu dan menjalani sementara engkau seakan tak lagi melihatku kembali. Hatimu tertutup rapat tak ada kata yang kau dengar dari apa yang aku ucapkan, salahku seakan telah mengguyur hatimu dengan kebutaan. Apakah engkau yakin sebesar itu kesalahanku sementara engkau yang merasa tak bersalah semudah itu untuk melupakan dan kau telah membakar habis apa yang pernah kita lalui. Meskipun kau hanguskan perasaanku dengan kebencianmu namun hatiku tak pernah usang untuk mengenangmu dan mencintaimu walaupun kau tak akan menjadi milikku.
Kau anggap cintaku berlebihan namun telah menjadi hakikat kita berusaha sampai kita benar-benar tak bisa, apakah aku tak laya menantimu kembali..apa aku tak pantas mengharapmu, sehina itukah aku dihadapanmu. Kobaran apa yang telah menghauskan hatimu, embun hati apa yang telah membutakan perasanmu.
Kekasih aku tak mampu mengartikan hidup tanpa hadirmu
Aku tak mampu melihat lebih dalam tanpa sejalan denganmu
Jemari tanganku tak lagi mampu menggoreskan lantunan seperti saat kau milikku
Hanya barisan kata ini saksi perasanku padamu
Adakah kau di sana mengerti sebuah penantian
Atau kau tak lagi mampu mengartikan sebuah penantian
Jika kau tak lagi bisa di harapkan taukah kau cara untuk ku melupakanmu
Jika memang benar kuburlah perasanku dengan segenap hatiku… by : whyuhdyt.blogspot.com
Wow nice...tulisan yang mantep...akan saya publikasikan secepatnya :).
aku ikutan nih mas
ierone
cintaku cinta lensa cembungAkhirnya ku dapat cewek juga. Ah.. senang sekali rasanya. Sejak saat kelas X SMA dulu, aku memang bertekad untuk cari pacar. Sewaktu MOS aja aku udah godain banyak cewek, sampe malahan aku digampar sama Selengkapnya...
aku ikutan nih mas
ierone
cintaku cinta lensa cembungAkhirnya ku dapat cewek juga. Ah.. senang sekali rasanya. Sejak saat kelas X SMA dulu, aku memang bertekad untuk cari pacar. Sewaktu MOS aja aku udah godain banyak cewek, sampe malahan aku digampar sama Selengkapnya...
aku ikutan nih mas
ierone
cintaku cinta lensa cembungAkhirnya ku dapat cewek juga. Ah.. senang sekali rasanya. Sejak saat kelas X SMA dulu, aku memang bertekad untuk cari pacar. Sewaktu MOS aja aku udah godain banyak cewek, sampe malahan aku digampar sama Selengkapnya...
mas aku juga ikutan kontesnya nih, semua persyaratan dah beres, mohon konfirmasi kalau udah baca nih cerita + komen-nya jangan lupa
I'm Falling In LoveSemua orang pasti pernah melewati masa-masa remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Dan masa remaja adalah hal yang tak pernah kita lupakan,karena banyak kisah yang kita lalui baik itu sedih , lucu , asmara , atau kisah konyol dalam hidup . . . baca terus Klik Sini
Inilah Aku
Ini aku, aku yang dulu mengagumimu sampai saat ini meski ruang dan waktu benar-benar telah memisahkan kita
semua cinta telah kering dan usang terhempas oleh perjalanan kita msaing-masing
dan kini kurasa perubahan disetiap tutur katamu yang dulu lembut meluluhkanku
membuatku bangga pernah memilikimu dalam hidup ini
Ini aku, aku masih mengharapmu menghujani hayalanku akan kehadiranmu kembali
kapan kau kembali aku merindukan sepenggal sapaanmu yang lantun membuatku terhanyut
meski mungkin rasamu telah berbeda padaku dan cinta itu hanyalah kenangan masa lalu dihadapmu
apapun yang akan terjadi diri ini masih berharap untuk berjumpa denganmu
Ini aku, aku yang telah bersalah dihadapmu mungkin hanya sekilas depu kuberhembus didekatmu
aku yang mungkin tersalahkan atas segalanya dari cinta dan kehidupanmu
namun apa arti cinta yang kau hadirkan selalu diriku yang mengalah akan kepolosanmu
menerima kemauanmu hingga kini akhirnya aku yang paling bersalah
Inilah aku, aku yang masih mencintaimu meski kini kau tak lagi memahaminya
perubahan itu membuatku tertenggun bertanya-tanya apa kau telah bahagia disana?
jika kau telah bertemu dengan seseorang yang paling kau harapkan dan bisa selalu mengalah untukmu
sungguh beruntung seseorang itu karena memiliki seseorang yang kukagumi
Aku bahagia jika kau telah bahagia disana dan kau tak lagi seperti dulu mungkin kini kau telah bisa berbagi
dan mengerti arti cinta sesungguhnya maka akupun akan bahagia meski aku tak meraskan itu
hanyalah takdir yang bisa kuharapkan atas bertemunya hidupku dan hidupmu
aku merindukanmu dan mencintaimu hingga kini sampai nanti kau benar-benar bahagia
Aku lelah mencari dan memohon pengganti hadirmu
aku lelah dengan segala kata-kata yang keluar aku hanya ingin memohon akan dirimu
dan kini disela doa’ku kupanjatkan untuk bisa berharap padamu
cinta ini masih akan kugenggam sampai ku tak sanggup lagi untuk bersandar dan mengartikannya…
by: wahyu
cinta tekadang buta,,,,
membuat semua bayangnya terkadang semu jadi nyata
terkadang ingin berpaling dari kenyataan bahwa ku bisa menghindar dan jauhi itu semua
tapi nyatanya lagi aku tercipta dari segumpal darah dan begituku punya hakikat
curhat dikit nichh
dulu waktu q mc duduk di bangku sekolah q pernah menaruh hatii pada seseorang tp di waktu yang bersamaan q jg pux kekasih hti, y kedua x q sayangi dan seseorg y tr ahr inilah y terus mengusikku bahwa dy menunggu q, q terkesima oleh kata-kat x tuk q. biarpun d htiku perlahn-lahn terukr nma x, q mc tdk mengakui x,dan akhr x dy meninggalkn q dg q iringi tangis kpergian x dr sisi hdp q, dan akhr x q ikhlas untuk kebahagiaannya,
tp knp skrg q di hantui rsa bersalah terhdap x. q jg pux niat tuk mint maaf m dy,
tlg untuk y membaca ini beri solusi
Posting Komentar